Kisah 2 Misionaris Indonesia Bantu Korban Gempa di Ekuador
- KBRI Quito
VIVA.co.id – Bencana gempa bumi berkekuatan 7,8 pada Skala Richter (SR) di pesisir Ekuador pada 16 April 2016 lalu, mengakibatkan 661 korban jiwa, 4.605 korban luka, dan 28.678 orang pengungsi. Belum hilang rasa sedih masyarakat akibat kerusakan dan korban yang diderita, pada 18 Mei 2016 lalu, terjadi dua kali gempa susulan 6,8 SR yang berpusat di Mompiche dan Muisne..
Walau nun jauh di Ekuador, gempa bumi ini menggugah banyak orang untuk membantu. Tak terkecuali, sejumlah warga Indonesia yang berada di sana, mereka turut membantu korban gempa bumi di negeri Amerika Latin itu
Di Muisne, terdapat dua orang misionaris asal Indonesia, Padre Anang dan Padre Yosef dari Kongregasi Hati Kudus Yesus (MSC). Mereka sehari-hari melayani jemaah di Pulau berpenduduk 6.000 orang tersebut, demikian ungkap Kedutaan Besar Republik Indonesia di Quito dalam keterangannya hari ini.
Pada malam terjadinya gempa pertama, besarnya kerusakan dan ancaman tsunami mendorong mereka bersama penduduk pulau mengungsi ke daratan Ekuador. Selama di pengungsian (Albergue), kedua Padre tersebut menangani secara swadaya tempat pengungsian untuk 700 orang.
“Mereka mengoordinir langsung penyaluran bantuan dari masyarakat sekitar untuk para pengungsi. Pada hari kelima, setelah pemerintah Ekuador mengambil alih penanganan Albergue, mereka kembali ke Pulau Muisne untuk melanjutkan pelayanan kepada para korban bencana di gereja,” ungkap KBRI Quito.
(Padre Anang (kiri) membagikan makanan kepada anak-anak korban gempa bumi di Ekuador (Foto: KBRI Quito))
Padre Anang dan Yosef terus disibukkan dengan banyaknya masyarakat yang meminta bantuan, apalagi penyaluran bantuan yang dikelola pemerintah setempat belum merata. Sulitnya medan dan ketiadaan kendaraan tidak menghalangi mereka untuk menyalurkan bantuan ke tempat-tempat terpencil. Kerja keras mereka berbuah kepercayaan dari masyarakat dan berbagai organisasi yang terus memberi sokongan bantuan barang dan uang.
Tidak hanya menyalurkan bantuan, saat ini, keduanya membuka dua pusat pelayanan psikologis untuk menangani masalah trauma para korban. Untuk anak-anak juga diberikan program rekreasi demi meringankan beban mereka yang harus berhenti bersekolah dan tinggal di pengungsian.
Ke depan, tugas mulia Padre Anang dan Yosef nampaknya masih akan berlanjut, mengingat masih banyak yang bertahan di pengungsian, karena gempa susulan terus terjadi hampir setiap hari. (asp)