Mogok Kerja di Prancis Ancam Pasokan Bahan Bakar
- REUTERS/Stephane Mahe
VIVA.co.id – Prancis kini bersiap untuk menghadapi gangguan pada pasokan energi mereka. Ribuan pekerja di kilang minyak, pembangkit listrik tenaga nuklir, pelabuhan, dan transportasi mogok bekerja.
Kendati demikian, Perdana Menteri Manuel Valss mengatakan reformasi tenaga kerja di tengah permasalahan ini dapat dimodifikasi.
Dilansir dari laman BBC, Kamis, 26 Mei 2016, para pengemudi kendaraan bermotor yang panik memilih untuk berebut membeli bahan bakar, di mana sejumlah SPBU berjuang untuk mendapatkan pasokan demi memenuhi permintaan para pengemudi.
Aksi para buruh yang mogok itu akan berlangsung di sejumlah titik seperti 16 stasiun tenaga nuklir, enam kilang minyak, serta pelabuhan Marseille, dan Le Havre. Bandara Orly di Paris telah memangkas jumlah penerbangan sebesar 15 persen dan pemogokan bergulir oleh masinis kereta api diperkirakan lebih mengganggu layanan regional dan komuter.
Serikat pekerja Confédération générale du travail unitaire atau CGT, juga akan melakukan demo di sejumlah kota besar di negara busana tersebut. Para anggota serikat CGT di perusahaan-perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir bergabung memulai aksi mogok.
Tenaga nuklir menyediakan sekitar 75 persen dari listrik negara. Operator jaringan RTE mengatakan, kapasitas listrik tenaga nuklir sedang dipotong setidaknya empat gigawatt atau setara dengan enam persen dari total kapasitas produksi negara Prancis.
Â
Sementara itu, Uni Prancis Petroleum Industries mengatakan, sepertiga dari 12.000 SPBU Prancis mulai kekurangan pasokan bahkan habis. Dikatakan, pemerintah telah mulai menggunakan cadangan bahan bakar strategis yang akan berlangsung sekitar empat bulan.
Menteri Transportasi Alain Vidalies mengatakan, 40 persen dari SPBU di sekitar Paris sedang berjuang untuk mendapatkan bahan bakar. Presiden Francois Hollande mengatakan bahwa semua upaya akan dilakukan untuk memastikan kebutuhan orang-orang Prancis terpenuhi.
Aksi mogok kerja di Prancis dipicu oleh kebijakan pemerintah soal buruh. Melalui kebijakan baru, perusahaan-perusahaan diberi keleluasaan untuk menambah atau mengurangi jam kerja karyawan, mengurangi gaji, hingga memecat karyawan. Kebijakan ini dianggap merugikan pekerja, sehingga mereka melakukan aksi demonstrasi untuk menolaknya.
Aksi mogok awalnya bermula di sektor industri, lalu merembet ke sektor transportasi. Aksi mogok yang dilakukan sejumlah masinis layanan kereta cepat TGV, kereta regional, dan komuter pada Rabu, 26 Mei 2016, membuat penumpang terbengkalai.