Kisah Pilu Dokter Relawan di Suriah
- REUTERS/Yazan Homsy
VIVA.co.id – Para dokter relawan di Suriah memohon kepada masyarakat internasional agar berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka dari serangan mematikan akibat konflik berkepanjangan. Mereka juga mendesak untuk segera mengirimkan bantuan karena memang sedang mendesak.
"Kami ingin tindakan nyata, bukan hanya pernyataan. Menjadi seorang dokter di Suriah sama saja menunggu kematiannya sendiri. Dibandingkan menyelamatkan nyawa orang lain, Anda malah akan khawatir dengan keselamatan hidup Anda sendiri, karena kami menjadi target serangan udara," kata Kepala Union of Medical Care and Relief Organizations (UOSSM), Sedoun Al Zoubi, seperti dilansir Reuters, Rabu 25 Mei 2016.
Pernyataan Al Zoubi ini diungkapkan pada Konferensi Tingkat Tinggi Kemanusiaan Dunia di Istanbul, Turki. Menurutnya, saat ini orang-orang memindahkan rumah sakit ke bawah tanah dan ke dalam gua karena upaya internasional untuk mengakhiri serangan para teroris dan kelompok pemberontak gagal.
Ia juga menjelaskan, sekitar 10 ribu dokter telah meninggalkan Suriah dan kini hanya ada seribu dokter saja yang bertahan. "Semua orang tahu bahwa rumah sakit adalah tempat yang paling aman saat perang. Namun, hal itu tidak berlaku di Suriah," ungkap dia.
Ketika salah satu rumah sakit mencoba untuk membangun sebuah fasilitas bawah tanah dekat wilayah tentara Suriah, kelompok oposisi bersenjata meminta mereka untuk meninggalkan tempat itu dan mengatakan kalau kehadiran rumah sakit di sana artinya akan menjadi target bom.
"Serangan udara justru menargetkan rumah sakit bukan milisi," kata Al Zoubi, yang terpaksa melarikan diri dari Suriah pada 2013.
(ren)