Sanksi atas Rusia Justru Rugikan Ekonomi Uni Eropa
- REUTERS/Katarina Stoltz/File
VIVA.co.id – Sektor perdagangan Uni Eropa telah menderita sepuluh kali lebih buruk ketimbang Amerika Serikat, akibat dampak dari pemberian sanksi atas Rusia.
Direktur Eksekutif Transatlantic Academy, Stephen Szabo mengatakan, Eropa dengan "Persatuan Barat"-nya harus menghapus sanksi dan membuka hubungan erat dengan Moskow.
"Itu (hapus sanksi terhadap Rusia) harus dilakukan. Ini akan menjadi ujian serius bagi Eropa untuk ke depan," kata Szabo, dalam pengantar laporan terbaru dari Transatlantic Academy berjudul “Russia: A Test for Transatlantic Unity”, seperti dikutip dari situs Sputniknews, Rabu, 18 Mei 2016.
Ia lalu memberi contoh, pada 2013, total nilai perdagangan Uni Eropa dengan Rusia jatuh dari sebelumnya €326,5 miliar (US$368,4 miliar) menjadi €210 miliar (US$237 miliar) pada tahun lalu.
Sementara itu, total nilai perdagangan AS dengan Rusia "hanya" jatuh menjadi US$23,6 miliar dari sebelumnya US$38,2 miliar, pada periode yang sama.
"Dicabut atau tidaknya sanksi bergantung pada pergantian Presiden AS bulan Januari 2017, serta pemilihan kunci di Jerman dan Prancis yang rencananya digelar akhir tahun ini," tuturnya.
Namun, Szabo menambahkan, pencabutan sanksi ini bakal menjadi ujian serius bagi Eropa pada bulan-bulan mendatang. Karena jika terjadi demikian, akan terjadi perubahan besar di Benua Biru.
Meskipun tidak secara langsung menyebutkan, Szabo melihat bahwa sanksi Rusia ini telah ditentang oleh sejumlah negara Eropa, dan menuntut agar dicabut sesegera mungkin. Beberapa negara Eropa yang menuntut pencabutan sanksi adalah Jerman, Prancis, Hungaria, Yunani, Austria, dan Italia.
Bahkan, Negara Bagian Venice, Italia, memilih untuk mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia. Mereka pun sepakat menuduh AS menggunakan tekanan keuangan untuk mencegah Eropa menghapus sanksi.
Getolnya Barat memberikan sanksi terhadap Rusia dimulai pada 2014. Moskow dianggap telah ikut campur dalam urusan internal Ukraina dan meningkatkan krisis militer di negara bekas Uni Soviet itu.
Isi sanksi antara lain larangan sejumlah politisi dan pengusaha, perusahaan di bidang pertahanan dan pertambangan, serta bank-bank BUMN Rusia untuk melakukan transaksi di luar negeri.
Menanggapi tuduhan tersebut, Rusia berulang kali membantah terlibat dalam konflik bersenjata di timur Ukraina, dan memperingatkan bahwa sanksi Barat terhadap Rusia bersifat nonproduktif.