Eropa Terpecah soal Bebas Visa Schengen untuk Turki
- Twitter / European Union
VIVA.co.id – Para pemimpin Uni Eropa berpendapat bahwa teroris akan lebih "bebas" melakukan serangan ke negara-negara Eropa jika Turki memiliki bebas visa Schengen yang memungkinkan warga negaranya melakukan perjalanan bebas ke Benua Biru.
"Para teroris dan penjahat terorganisasi berharap bisa mendapatkan paspor Turki untuk bisa mencapai Benua Eropa, segera setelah visa Schengen berlaku bagi Turki," demikian menurut laporan Komisi Eropa seperti dilansir dari situs The Telegraph, Selasa, 17 Mei 2016.
Komisi Eropa juga melihat adanya peningkatan mobilitas kriminal terorganisasi, baik warga negara maupun kelompok teroris yang berbasis di Turki, masuk ke wilayah Schengen.
"Proposal kebebasan bepergian untuk warga Turki ke UE berpotensi memberikan risiko dengan adanya pergerakan teroris yang berkewarganegaraan Turki ke wilayah Schengen yang bersangkutan," kata laporan itu.
Pernyataan itu dikatakan setelah Sir Richard Dearlove, mantan kepala Badan Intelijen Inggris, MI6, memperingatkan bahwa memberikan Turki kebebasan visa adalah kebijakan sesat dan seharusnya tidak terjadi.
"Itu sama saja kita menyiramkan bensin ke api yang berkobar. Eropa juga akan menghadapi pemberontakan populis jika gagal mengontrol migrasi," kata Dearlove.
Sebanyak 75 juta warga Turki akan memiliki hak untuk memasuki zona Schengen selama 90 hari dengan paspor biometrik mulai akhir Juni 2016, bila Turki berhasil melewati reformasi antikorupsi dan terorisme.