Pejabat Presiden Brasil Rombak Kabinet Warisan Rousseff
- reuters.com
VIVA.co.id – Pejabat Presiden Sementara Brasil, Michel Temer meminta negaranya untuk bersama-sama memperjuangkan "keselamatan nasional", setelah Senat memutuskan untuk menskors dan menggiring Dilma Rousseff ke pengadilan atas kasus pelanggaran Undang Undang Anggaran Negara.
Temer, yang sebelumnya menjabat wakil presiden Brasil, saat ini berfokus untuk mengarahkan negara terbesar di Amerika Latin ini dengan kebijakan pasar yang lebih ramah.
Ia juga meyakini bahwa Brasil dapat melewati krisis yang dipicu oleh resesi ekonomi mendalam, gejolak politik dan gurita korupsi yang semakin meluas belakangan ini.
"Saya meminta semua warga Brasil bersatu. Partai politik, pemimpin organisasi, dan semua masyarakat Brasil agar bekerja bersama untuk menarik Brasil dari krisis yang terpuruk ini," kata Temer, usai penandatanganan kabinet baru, dilansir dari kantor berita Reuters, Jumat, 13 Mei 2016.
Krisis Brasil membawa akhir yang dramatis di bawah 13 tahun masa pemerintahan Partai Buruh. Setelah skorsing terhadap Rousseff, Temer meminta susunan menteri baru yang telah dibentuk agar memberlakukan kebijakan bisnis yang ramah serta mempertahankan program sosial yang selama ini menjadi ciri khas Partai Buruh.
Di bawah kepemimpinan Temer, susunan kabinet terdiri atas 23 menteri, yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kabinet sebelumnya di bawah kepemimpinan Rousseff.
Sementara itu, Rousseff, dalam sambutannya, menegaskan bahwa ia tetap mempertahankan prinsipnya sejak proses pemakzulan diluncurkan pada Desember 2015 oleh DPR.
Ia juga membantah melakukan kesalahan dan menyebut pemakzulan tersebut sebagai penipuan dan kudeta. "Saya mungkin telah membuat kesalahan, tetapi saya tidak melakukan kejahatan apa pun," ujar Rousseff.
Sebelumnya, setelah berdiskusi selama 20 jam, Senat memutuskan untuk menggulingkan dan mengadili Rousseff atas tuduhan manipulasi defisit anggaran, sehingga membuat perekonomian Brasil terlihat lebih "sehat". Hal itu dilakukannya selama pemilihan presiden ulang pada 2014.