Jokowi Akan Temui Putin di KTT Rusia-ASEAN
- Situs resmi Presiden Rusia
VIVA.co.id – Usai mengunjungi Korea Selatan, Presiden Joko Widodo melanjutkan kunjungan kenegaraannnya ke Sochi, Rusia. Di sana Presiden akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin sekaligus menghadiri KTT Rusia-ASEAN yang digelar pada 19-20 Mei 2016.
"Tanggal 18 Mei, Presiden Jokowi bersama ibu Menlu dan rombongan akan mengunjungi kota Sochi, Rusia. Kunjungan ini penting mengingat Rusia adalah salah satu negara mitra yang penting bagi Indonesia, baik dalam kerangka bilateral, regional dan global," kata Direktur Hubungan Eropa Tengah dan Timur Kementerian Luar Negeri, Witjaksono Adji, di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Kamis, 12 Mei 2016.
Kedua kepala negara akan menandatangani sejumlah MoU seperti pertukaran informasi untuk menjaga stabilitas dan perdamaian, kerja sama peningkatan SDM dan pertahanan, serta pertemuan dengan pengusaha Rusia melalui forum bisnis.
"Rusia sangat tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Keduanya juga akan membahas kerja sama di bidang energi serta pertahanan dan keamanan. Hasil yang kita harapkan akan dicapai adalah kerja sama dalam MoU di bidang pertahanan, pemberantasan penangkapan ikan ilegal dan kearsipan," ungkapnya.
Indonesia selain telah ikut memberikan pandangan dan kontribusinya terhadap persiapan KTT Peringatan, juga telah memberikan penekanan khusus mengenai pentingnya penguatan dan peningkatan kerjasama kemitraan ASEAN-Rusia.
Kemitraan ASEAN dan Rusia diketahui berkutat pada kerja sama fungsional seperti perdagangan, investasi dan pembangungan infrastruktur, kerja sama pendidikan, kebudayaan, dan penanganan bencana.
Selain itu, kerja sama kemitraan ASEAN dan Rusia diketahui juga meliputi antisipasi dan menangani situasi dan perkembangan global, termasuk situasi di Timur Tengah dan isu Palestina, Semenanjung Korea, serta arsitektur kawasan di Asia Timur dan Asia Pasifik.
Pada 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Moskow, lalu dibalas dengan kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Jakarta satu tahun berikutnya, sekaligus memberikan bantuan pertahanan senilai US$1 miliar.