Keluar dari Uni Eropa, Ini Konsekuensi yang Diterima Inggris
- uk.reuters.com
VIVA.co.id – Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker memperingatkan jika Inggris benar-benar ke luar dari Uni Eropa, maka akan menimbulkan "konsekuensi yang tak terduga".
Namun, Juncker tidak ingin berspekulasi, karena menurutnya, Inggris telah membuat keputusan yang terbaik, apa pun pilihannya.
"Semua warga Eropa ingin Inggris tetap dalam 'keluarga besar' ini. Mengingat bahwa Uni Eropa telah mencapai sebuah kesepakatan yang adil dengan Inggris bulan Februari lalu terhadap reformasi yang bertujuan untuk menjaga Inggris tetap ada dalam blok," katanya, kepada Funke Mediengruppe press group, dilansir dari situs The Guardian, Senin, 9 Mei 2016.
Sementara itu, pada pekan ini Uni Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan zona euro pada tahun ini dan menyimpulkan bahwa jika Inggris meninggalkan blok tersebut maka akan menjadi faktor risiko yang membebani pemulihan ekonomi Benua Biru.
Inggris masih menuju proses referendum hingga 23 Juni mendatang untuk memilih, apakah akan tetap tinggal atau ke luar dari kelompok 28. Dari jajak pendapat yang terkumpul menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Inggris masih ragu-ragu terhadap proses Brexit.
Negara itu pertama kali bergabung dengan European Economic Community (EEC) pada 1973. Lalu, dalam referendum dua tahun kemudian, dengan suara 67 persen publik mendukung Inggris menjadi anggota Uni Eropa.
Namun, Inggris memiliki ketegangan dengan Brussels, Belgia (ibukota Uni Eropa), dan memilih untuk ke luar dari proyek utama termasuk penggunaan mata uang euro dan zona bebas visa (Schengen).