Sanksi Internasional Berimbas ke Bisnis Restoran Korut
- uk.reuters.com
VIVA.co.id – Pihak Korea Selatan mengonfirmasikan bahwa lebih dari 100 restoran Korea Utara di luar negeri telah ditutup.
Hal ini terjadi setelah jumlah pengunjung menurun drastis sebagai dampak dari meningkatnya sanksi dan tekanan internasional terhadap negeri itu.
Anggota Komite Intelijen Parlemen Korea Selatan, Lee Cheol-woo, mengatakan, selama ini pengoperasian restoran milik Korea Utara di luar negeri menjadi sumber pemasukan yang cukup tinggi bagi negara yang kini dipimpin Kim Jong-un.
"Mereka selalu menampilkan perempuan muda Korea Utara untuk menghibur pelanggan dengan menari dan menyanyi," kata Lee, seperti dikutip dari situs Channel News Asia, Kamis, 28 April 2016.
Selain itu, dia melanjutkan, lebih dari 20 restoran di China dan Uni Emirat Arab ditutup akibat jumlah pengunjung yang menurun drastis, sehingga menyebabkan tersendatnya arus kas keuangan yang masuk.
Siasat pun dijalankan. Menurut Lee, untuk menghindari sanksi, Korea Utara mengubah nama-nama perusahaan dan organisasi lainnya yang terkena sanksi PBB, serta memalsukan surat-surat dagang.
"Mereka memalsukan dokumen untuk keperluan ekspor-impor guna menyelundupkan barang-barang yang dilarang akibat terkena sanksi," ungkapnya.
Seoul, pada bulan lalu mengumumkan kepada warganya untuk memboikot restoran Korea Utara yang beroperasi di negaranya.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB, pada Maret lalu, memberikan sanksi berat tambahan kepada Korea Utara atas uji coba nuklir dan rudal.
Sejak itu, banyak negara bergabung untuk menekan Pyongyang dengan melarang kapal-kapal dagang Korea Utara berlabuh di negara mereka.
Jaringan restoran Korea Utara di luar negeri berada di bawah sorotan pada awal April, ketika 13 karyawan di salah satu restoran di China membelot ke Korea Selatan.
Laporan: Dinia Adrianjara