Jalur Pasokan Makanan Terhambat, Suriah Terancam Kelaparan
- REUTERS/Khalil Ashawi
VIVA.co.id – Perang berkepanjangan di Suriah mulai mempersulit jalur pasokan makanan. Suriah diambang kelaparan.
Perang Suriah telah menghancurkan infrastruktur pertanian dan merusak sistem negara yang menyediakan bibit kepada petani, juga memutus jalur pembeli hasil panen mereka.
Negara juga mengalami kekurangan gandum, padahal selama ini gandum diandalkan sebagai makanan pokok. Kondisi ini semakin memperdalam krisis kemanusiaan di Suriah.
Provinsi timur laut Hasaka, yang menyumbang hampir setengah produksi gandum negara itu telah mengalami pertempuran sengit antara milisi YPG Kurdi, yang didukung oleh serangan udara dipimpin AS, melawan kelompok ISIS. Akibat pertempuran itu, pasokan gandum dari Hasaka tak stabil dan jumlahnya jauh berkurang.
Infrastruktur pertanian, termasuk saluran irigasi dan tempat penyimpanan biji-bijian juga telah hancur. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, fasilitas penyimpanan benih yang biasa digunakan untuk menyimpan benih yang akan disalurkan ke seluruh negara juga telah rusak. Akibatnya, negara hanya mampu mendistribusikan sepersepuluh bagian yang dibutuhkan petani untuk mengolah lahan mereka di musim tanam ini.
Para petani juga perlu berjuang keras untuk menjual hasil sawah mereka ke pasar, termasuk melakukan penjualan langsung pada penduduk. Memburuknya persediaan gandum merupakan pukulan bagi negara yang sebelum perang memiliki penduduk berjumlah 22 juta jiwa tersebut. Namun, saat ini lebih dari 250.000 orang telah tewas dalam pertempuran itu, dan jutaan lainnya menjadi pengungsi.
"Perang telah membuat kami kehilangan sumber mata pencaharian, segala sesuatunya juga ikut mahal. Kami sekarang hanya bergantung pada hujan untuk mengairi lahan pertanian, karena saluran irigasi juga sudah rusak," kata Faisal Hejji, petani Ras al-Ain di Hasaka, mengutip Reuters, Selasa 26 April 2016.
Januari lalu, PBB mengatakan bahwa banyak warga Suriah kelaparan di daerah-daerah terkepung yang berada di bawah kendali pasukan pemberontak maupun kelompok ISIS. Namun, sepertinya area yang krisis pangan tersebut semakin meluas.
Laporan: Dinia Adrianjara