Bahrain Serukan Saudi dan Iran Berdamai
- in.reuters.com
VIVA.co.id – Bahrain sebagai salah satu negara yang berdekatan dengan Arab Saudi dan Iran tentu merasakan dampak langsung dari konflik yang terjadi antara kedua negara. Demokrasi dan kebebasan menjadi suatu hal yang didambakan masyarakat Bahrain dalam kehidupannya.
"Bahrain adalah negara kecil dan punya jalan (jembatan) penghubung dengan Saudi dan memengaruhi orang-orang yang datang ke Bahrain. Sebanyak 80 persen wisatawan yang datang ke Bahrain berasal dari Arab Saudi. Jadi, mereka memiliki posisi yang sangat penting bagi Bahrain," kata mantan anggota parlemen Bahrain, Matar Ebrahim, melalui Skype, dalam seminar di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa, 19 April 2016.
Permasalahan besar antara Saudi dan Iran, lanjut Ebrahim, harus diselesaikan karena berdampak pada wilayah Teluk dan sekitarnya. "Semua bidang terpengaruh dari konflik ini, sehingga kedua negara perlu untuk bersama," ujar Ebrahim.
Ia menambahkan, jika Saudi dan Iran dapat menyelesaikan persoalan bersama, akan sangat bermanfaat positif bagi dunia Islam, sehingga bisa menyatu menjadi kekuatan besar.
Ebrahim mengatakan, Bahrain mencoba mengirimkan pesan positif dan berupaya menjalin hubungan yang baik dengan Riyadh untuk memimpin perubahan.
Menurut dia, Arab Saudi memiliki pengaruh besar kepada negara-negara Teluk seperti Yaman, Bahrain, Suriah, Mesir, dan Tunisia.
"Kami menginginkan kebebasan, demokrasi dan kesejahteraan ekonomi. Bagi saya, solusi ekstremisme yang belakangan terjadi di negara Timur Tengah adalah dengan diberikan kebebasan. Karena dengan diberikan kebebasan dalam berbicara dan berdemokrasi, kita bisa mengalahkan ide-ide ekstremisme," kata Ebrahim.
Sebelumnya, Arab Saudi, Sudan, dan Bahrain, memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, setelah Republik Mullah ini melakukan serangan di Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi di Teheran beberapa waktu lalu.
Ketegangan terus meningkat setelah eksekusi mati salah satu tokoh Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr, oleh Pemerintah Arab Saudi. Ketegangan terus meluas di beberapa negara di Timur Tengah.
Laporan: Dinia Adrianjara