Ini Pemicu Presiden Brasil Dimakzulkan
- REUTERS/Paulo Whitaker
VIVA.co.id – Pendulum nasib Presiden Brasil, Dilma Rousseff, saat ini berada di tangan Majelis Tinggi (Senat) Parlemen Brasil. Salah satu lembaga tinggi negeri itu sedang memutuskan untuk memulai sidang pemakzulan terhadap Rousseff. DPR sudah memutuskan pemakzulan atas Rousseff dan bila Senat memutuskan hal yang sama, maka dia minimal harus non-aktif dari jabatannya.
Rencananya, hasil dari keputusan ini akan keluar awal Mei 2016. Sementara jajak pendapat yang dilakukan oleh salah satu surat kabar Brasil menunjukkan mayoritas Senator menyetujui memulai proses persidangan.
Apabila terjadi, maka Rousseff akan ditangguhkan sementara dari jabatannya selama proses sidang berlangsung. Artinya, Presiden berusia 68 tahun ini statusnya menggantung. Sebenarnya, apa yang menyebabkan Rousseff terjerat kasus korupsi?
Berawal dari Rousseff terpilih untuk sebagai Presiden Brasil. Ia pun resmi dilantik pada Januari 2011 sebagai wanita pertama yang menjabat sebagai kepala negara di negeri berjumlah 54,5 juta jiwa itu.
Dia mengalahkan koalisi partai kanan-tengah dengan perolehan suara tipis, serta memperoleh mandat untuk melanjutkan kekuasaan Partai Buruh yang telah memerintah di Brasil sejak 2003.
Namun, Parlemen Brasil melihat terjadi kejanggalan atas terpilihnya Rousseff.
Menurut situs BBC, Selasa, 19 April 2016, uang miliaran dolar AS telah dicuri dari perusahaan minyak negara, Petrobras, yang dilakukan perusahaan konstruksi swasta dan politisi, hingga kepada kasus senator yang menyuap saksi kunci agar bisa kabur dari penjara.
Sontak, Brasil kini "dikelilingi" skandal korupsi yang cukup pelik. Hampir setiap kelas politik secara keseluruhan terlibat dalam kesepakatan "rahasia".
Jabat posisi strategis
Namun, dengan semua penyelidikan atas kasus korupsi, hanya satu orang yang berhasil menjaga "nama baiknya" hingga diklaim cukup bersih, yaitu Dilma Rousseff.
Bahkan, banyak pihak yang mengakui kalau reputasi Rousseff bagus lantaran dinilai sebagai politisi yang jujur.
Tapi fakta berbicara lain. Ia justru menjadi sosok yang paling berutang kepada negara atas banyaknya skandal yang saat ini tengah dihadapi Brasil.
Komite Kongres Brasil telah meminta pemakzulan Presiden Dilma Rousseff karena diduga melakukan manipulasi terhadap rekening pemerintah.
Periode 2003-2010, Rousseff menjabat sebagai Dewan Eksekutif Petrobras. Di tangannya, Petrobras menjadi perusahaan minyak unggulan namun paling banyak menumpuk pundi-pundi utang.
Meski begitu, Rousseff memaksa Petrobras memperluas produksi minyak dan menjadikan Brasil sebagai eksportir minyak utama.
Alhasil, bukannya untung tapi buntung. Petrobras justru mengalami kerugian hingga US$17 miliar pada April 2016.
Penyebabnya karena penggelapan dana serta salah urus proyek. Salah satunya kasus pembangunan kilang minyak yang belum selesai.
Pihak Kepolisian Federal Brasil menduga kalau para eksekutif dan pengusaha kontraktor minyak telah mengambil tiga persen dari nilai kontrak Petrobras dan menyalurkan dananya kepada Partai Buruh beserta koleganya.
Menurut kelompok pemantauan korupsi dan transparansi Brasil, 60 persen dari 594 anggota Kongres Brasil menghadapi tuduhan serius seperti penyuapan, kecurangan dalam pemilu, pembabatan hutan ilegal, penculikan dan pembunuhan.
Korupsi dan keterpurukan ekonomi
Dengan begitu, ini adalah penemuan kasus korupsi terbesar yang pernah terjadi di Brasil. Petrobras secara konsisten mengakui kalau mereka korban dari skema kontrak kerja sama dengan pihak terkait.
Sementara, mengutip situs Wall Street Journal, Senin, 18 April 2016, Roussef mengatakan tidak mengetahui adanya skema tersebut.
Paulo Roberto Costa, selaku Eksekutif Senior Petrobas, mengaku kepada Polisi Federal dan Kongres Brasil bahwa suap tersebut digunakan pada kampanye Rousseff dalam pemilu 2010.
Rousseff lalu membantah terlibat dan mengatakan akan berkomitmen untuk menyelidiki tuduhan yang dilayangkan kepadanya.
Banyak pihak yang mengatakan kalau Rousseff mengetahui dengan pasti soal skandal korupsi di perusahaan minyak negara itu.
Namun, lagi-lagi, Rousseff selalu membantah terlibat dan komisi parlemen membersihkan namanya dari kesalahan pada Oktober 2015 lalu.
Skandal korupsi ini makin menguat ketika perekonomian Brasil menghadapi resesi terburuk dalam tiga dekade, menyusul penurunan harga komoditas seperti minyak, bijih besi dan kedelai.
Pada 2015, perekonomian menyusut 3,8 persen, atau berkinerja tahunan terburuk sejak 1981. Pengangguran meningkat menjadi sembilan persen, serta nilai mata uang Brasil, Real, juga kehilangan sepertiganya terhadap dolar AS. Inilah yang mengakibatkan unjuk rasa besar-besaran di ibukota Rio de Janeiro pada 13 Maret lalu.
Laporan: Dinia Adrianjara
(ren)