Ini Dampak Besar Jika Inggris Keluar dari Uni Eropa
- uk.reuters.com
VIVA.co.id – Departemen Keuangan Inggris memperingatkan, jika Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit / Britain Exit) maka menyebabkan kerusakan ekonomi permanen terhadap negeri Ratu Elizabeth II itu.
Menteri Keuangan Inggris George Osborne mengatakan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang direncanakan pada 2030 mengakibatkan kerugian yang setara dengan £4.300 (US$6 ribu / sekitar Rp80 juta) setiap kementerian per tahunnya, serta pertumbuhan ekonomi turun enam persen dari PDB.
Hal ini, kata Osborne, sangat memengaruhi ekonomi Inggris yang dinilai sebagai salah satu negara dengan ekonomi kuat dunia. Pernyataannya ini diungkap dalam laporan setebal 200 halaman yang menganalisis potensi dan manfaat Inggris menjadi bagian dari Uni Eropa dalam jangka panjang, pada Senin.
Mengutip artikel The Times dari situs Independent, Senin, 18 April 2016, Osborne memperingatkan ada "biaya sangat besar" untuk keuangan publik. Perkiraan tersebut berdasarkan analisis bagaimana kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa, yang dianjurkan oleh Boris Johnson, Wali Kota London, akan memengaruhi anggaran dan pendapatan Inggris.
"Setiap alternatif soal keanggotaan Uni Eropa memiliki biaya ekonomi yang signifikan. Dokumen ini menunjukkan dampak yang cukup serius. Dan jika Brexit terjadi dipastikan menjadi 'pukulan ekonomi' yang tidak hanya berdampak sementara namun permanen. Itu karena perdagangan dan investasi menjadi anjlok," katanya.
Osborne pun menjulukinya sebagai 'pemiskinan permanen'. Ia menambahkan, Brexit juga akan menyebabkan alokasi biaya untuk pendidikan, rumah sakit dan pertahanan menjadi turun drastis.
Rakyat Inggris akan menetapkan pilihan, apakah bergabung atau pisah dari Uni Eropa, pada 23 Juni 2016 dalam referendum. Sebelumnya, Perdana Menteri David Cameron dan ke-27 pemimpin Uni Eropa mencapai kesepakatan pada Februari lalu yang memberikan Inggris status khusus dalam 'blok' ini.
Laporan: Dinia Adrianjara