Pemilu Ditunda Lagi, Haiti Terancam Gagal Punya Presiden
- REUTERS/Andres Martinez Casares
VIVA.co.id – Haiti terancam gagal punya presiden baru. Sudah dua kali pemilu gagal dilaksanakan di negara tersebut.
Otoritas pemilu Haiti mengatakan, negaranya tidak akan bisa mencapai batas waktu untuk melakukan pemilihan presiden pada 24 April nanti. Mengutip dari laman Reuters, Jumat, 15 April 2016, pemilu sudah ditunda pada Januari lalu.
Saat itu ada protes keras atas tuduhan penipuan di babak pertama. Saat jabatan presiden lama berakhir pada Februari 2016, negara ini membentuk pemerintahan sementara.
Seharusnya pemilu dilaksanakan 24 April ini. Namun, pelaksanaan kembali ditunda. "Jelas bahwa pemilu tak akan bisa dilaksanakan pada 24 April, tapi kami tetap menilai mesin pemilu sebagai keputusan yang akan terus maju ke depan," kata Kepala Dewan Pemilu yang baru diangkat, Leopold Berlanger.
Penundaan ini berarti memperpanjang masa jabatan presiden sementara, Jocelerme Privert. Seharusnya, ia meletakkan jabatan pada 14 Mei mendatang, seperti yang disepakati dalam perjanjian lintas partai. Pengangkatan presiden sementara disepakati oleh berbagai partai untuk menangani krisis Haiti.
"Selain itu jelas bahwa fakta mengenai pemilu yang tak akan dilaksanakan bulan ini, berarti tidak mungkin bagi Haiti memiliki presiden terpilih yang baru tanggal 14 Mei," kata Berlanger.
Hasil pemilu putaran pertama pada Oktober 2015 menempatkan Jovenel Moise di posisi pertama dan Jude Celestin di posisi kedua. Namun, Celestin dan beberapa kandidat lainnya yang kalah menolak hasil pemilu tersebut.
Sebelum menyelesaikan proses ini, Dewan Pemilu mengawasi evaluasi kedua dari hasil pemilu untuk menguji klaim penipuan dan memutuskan calon mana yang harus mengambil bagian dari permasalahan ini.
Pendukung mantan presiden Michel Martelly melakukan protes dalam beberapa hari terakhir ini dengan mengklaim Privert melakukan permainan, sehingga sekutunya bisa mendapatkan kekuasaan. Terus tertundanya pemilu di Haiti membuat situasi politik di negara tersebut memanas. Unjuk rasa terus terjadi dari berbagai elemen masyarakat, termasuk calon pendukung presiden.
Jika pemilu berikutnya gagal digelar, negara tersebut akan mengalami kekosongan kekuasaan.