AS 'Aktifkan Kembali' Pangkalannya di Filipina

Sejumlah peralatan tempur milik AS di Filipina
Sumber :
  • news.abs-cbn.com

VIVA.co.id - Latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Filipina di wilayah Laut China Selatan yang disengketakan, usai sudah pada hari ini, Jumat 15 April 2016. Namun, ada yang menarik dari latihan bersama bersandi Balikatan ini. Militer AS tidak akan 'pulang' ke Armada Pasifiknya, melainkan tinggal di Filipina.

Sebab, telah terjadi sebuah pakta pertahanan antara kedua negara, di mana Filipina mengizinkan AS untuk mengaktifkan kembali pangkalan militernya yang nganggur di Filipina, Clark dan Subic.

AS punya alasan, meski terbilang 'klasik' soal ini. "Konflik dan tensi yang makin meningkat di Laut China Selatan adalah jawaban atas kehadiran AS di Asia Tenggara," kata Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, seperti dikutip dari situs Sputniknews, .
 
Ia melanjutkan, Filipina merupakan sekutu lama AS di kawasan Asia Tenggara, yang saat ini membutuhkan 'uluran tangan'. "Kami siap untuk membantu menjaga keamanan dan stabilitas kawasan," tuturnya.

Sebagai informasi, Pangkalan Militer Clark dan Subic dahulu pernah dipakai AS pada periode 1945-1992. Ditutupnya kedua pangkalan ini, lantaran berakhirnya Perang Dingin dan kawasan ASEAN harus bebas dari pengaruh 'asing'.

Cantik Nian, Perwira AFP Ternyata Mantan Ratu Kecantikan Filipina

Lima pangkalan di lima negara

Pada Maret 2016, Washington dan Manila sepakat untuk membuka kembali kedua pangkalan ini melalui perjanjian (pakta) pertahanan.

Dengan beroperasinya kembali Clark dan Subic, maka AS akan semakin leluasa sliweran, tak hanya di Laut China Selatan, namun juga Selat Malaka dan Samudera Hindia.

Berdasarkan perjanjian itu, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) akan menempatkan sejumlah skadron pesawat tempur, staf, dan komando di Filipina.

Unit tempur yang akan ditempatkan antara lain lima pesawat Thunderbolt A-10C, tiga helikopter HH-60G Pave Hawk, dan sebuah pesawat operasi khusus MC-130H.

Sementara itu, untuk jumlah pasukan, AS akan menempatkan angkatan darat sebanyak 200 personil, berserta 75 personil marinir, sebagai bagian dari komando dan kontrol pusat di bawah Komando Armada Pasifik.

"Latihan bersama akan tetap dilanjutkan, termasuk operasi pengintaian udara di Laut Cina Selatan. Dan, kami akan melaksanakannya secara teratur," kata Carter.

Tak hanya itu. rencana AS untuk beroperasi di lima pangkalan militer di lima negara kawasan Pasifik, sedikit demi sedikit, bakal terwujud.

Sebelumnya, pada 2012, Paman Sam akan menempatkan 2.500 personil Marinir di Darwin, Australia dengan dalih mengawasi gerak-gerik China. (asp)