Kasus Mirip 'Tragedi Siyono' Juga Terjadi di Banyak Negara
Selasa, 12 April 2016 - 19:12 WIB
Sumber :
- document.dk
VIVA.co.id
- Kematian terduga teroris Siyono setelah ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri beberapa waktu lalu, hingga kini menimbulkan pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi.
Namun, kasus ini tidak hanya dialami keluarga Siyono. Di beberapa negara pun kejadian serupa kerap terjadi. Berikut berita yang dirangkum
VIVA.co.id
soal korban salah tangkap:
* Mengutip situs Thelocal, kepolisian di Aachen, Jerman mengajukan permintan maaf kepada tujuh orang yang mereka tangkap ketika sedang memburu pelaku utama penyerangan Paris, Prancis pada 13 November 2015.
Seorang juru bicara kepolisian Aachen, satu dari tujuh orang yang ditangkap tersebut berparas mirip dengan Salah Abdelsalam (26) yang merupakan tersangka yang saat itu menjadi buronan karena terlibat dalam serangan bom.
Ketujuh orang yang sempat mereka tangkap sama sekali tidak memiliki kaitan dengan teror di negara kiblat fesyen itu. Kini, seluruh orang salah tangkap itu sudah dilepaskan tanpa adanya tuntutan apapun.
* Kepolisian Nottonghamshire, Inggris, setuju untuk membayar £20 ribu bagi seorang pelajar Islam karena telah salah menangkapnya dengan tuduhan melakukan serangkaian teror.
Mengutip situs BBC, polisi menduga Rozwaan Sabir sebagai salah seorang teroris karena ia mengunduh sebuah modul pelatihan Al-Qaeda.
Padahal modul tersebut digunakannya dalam studinya di Universitas Nottingham pada 2008. Sabir kemudian ditahan di dalam sel besi selama tujuh hari dan akhirnya dilepaskan tanpa tuntutan apapun.
"Kami harus menempatkan dokumen ini dalam sebuah tugas. Data itu diunduh dari situs resmi Pemerintah Amerika dan versi penuhnya bisa dilihat di perpustakaan Universiats Nottingham, dan bahkan sejumlah toko buku," kata Sabir.
* Seorang pria yang dikenal dengan nama Faycal Cheffou, satu-satunya orang yang ditangkap karena dugaan terlibat dengan insiden ledakan bom di Brussels, Belgia, dilepaskan oleh pihak berwajib dengan alasan kurangnya bukti yang mendukung.
Dikutip dari situs BBC, sebelumnya, media lokal menangkap gambar pria misterius tersebut dari rekaman CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian.
"Hakim beranggapan tidak ada cukup bukti untuk menahannya," kata kantor jaksa.
* Derrick Deacon yang telah menghabiskan 24 tahun di penjara karena kasus pembunuhan pada 1989 di New York, Amerika Serikat, mengajukan gugatan pada polisi.
Mengutip situs The Guardian, Deacon divonis pada 1989 setelah dinyatakan bersalah karena menembak mati seorang remaja, saat melakukan perampokan di sebuah apartemen.
Namun, permintaannya untuk pengadilan ulang dikabulkan pada 2012, setelah seorang saksi mengungkap fakta baru, serta seorang informan FBI yang mengidentifikasi pria berbeda sebagai pelaku penembakan.
Hanya butuh sembilan menit bagi dewan juri untuk membebaskan Deacon pada 2013. Selain menggugat polisi, Deacon juga menuntut pemerintah kota New York sebesar US$25 juta atau sekitar Rp300 miliar.
* Seorang pria akhirnya dibebaskan dari penjara setelah 21 tahun ditahan atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.
Dilansir dari situs Shanghaiist, Chen Man (53) menerima hukuman panjang dibalik jeruji atas tuduhan pembunuhan terhadap seorang perempuan di Hainan, China pada 1994.
Namun, hal itu tidak bisa dibuktikan oleh Pengadilan Zhejiang lalu membebaskan Chen 21 tahun kemudian.
Chen kemudian dibebaskan dari penjara Meilan, hanya beberapa hari sebelum Hari Raya Tahun Baru China. Ia bahkan menerima penghormatan dan permintaan maaf dari Hakim Fu Qin atas nama pengadilan. (ren)
* Mengutip situs Thelocal, kepolisian di Aachen, Jerman mengajukan permintan maaf kepada tujuh orang yang mereka tangkap ketika sedang memburu pelaku utama penyerangan Paris, Prancis pada 13 November 2015.
Seorang juru bicara kepolisian Aachen, satu dari tujuh orang yang ditangkap tersebut berparas mirip dengan Salah Abdelsalam (26) yang merupakan tersangka yang saat itu menjadi buronan karena terlibat dalam serangan bom.
Ketujuh orang yang sempat mereka tangkap sama sekali tidak memiliki kaitan dengan teror di negara kiblat fesyen itu. Kini, seluruh orang salah tangkap itu sudah dilepaskan tanpa adanya tuntutan apapun.
* Kepolisian Nottonghamshire, Inggris, setuju untuk membayar £20 ribu bagi seorang pelajar Islam karena telah salah menangkapnya dengan tuduhan melakukan serangkaian teror.
Mengutip situs BBC, polisi menduga Rozwaan Sabir sebagai salah seorang teroris karena ia mengunduh sebuah modul pelatihan Al-Qaeda.
Padahal modul tersebut digunakannya dalam studinya di Universitas Nottingham pada 2008. Sabir kemudian ditahan di dalam sel besi selama tujuh hari dan akhirnya dilepaskan tanpa tuntutan apapun.
"Kami harus menempatkan dokumen ini dalam sebuah tugas. Data itu diunduh dari situs resmi Pemerintah Amerika dan versi penuhnya bisa dilihat di perpustakaan Universiats Nottingham, dan bahkan sejumlah toko buku," kata Sabir.
* Seorang pria yang dikenal dengan nama Faycal Cheffou, satu-satunya orang yang ditangkap karena dugaan terlibat dengan insiden ledakan bom di Brussels, Belgia, dilepaskan oleh pihak berwajib dengan alasan kurangnya bukti yang mendukung.
Dikutip dari situs BBC, sebelumnya, media lokal menangkap gambar pria misterius tersebut dari rekaman CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian.
"Hakim beranggapan tidak ada cukup bukti untuk menahannya," kata kantor jaksa.
* Derrick Deacon yang telah menghabiskan 24 tahun di penjara karena kasus pembunuhan pada 1989 di New York, Amerika Serikat, mengajukan gugatan pada polisi.
Mengutip situs The Guardian, Deacon divonis pada 1989 setelah dinyatakan bersalah karena menembak mati seorang remaja, saat melakukan perampokan di sebuah apartemen.
Namun, permintaannya untuk pengadilan ulang dikabulkan pada 2012, setelah seorang saksi mengungkap fakta baru, serta seorang informan FBI yang mengidentifikasi pria berbeda sebagai pelaku penembakan.
Hanya butuh sembilan menit bagi dewan juri untuk membebaskan Deacon pada 2013. Selain menggugat polisi, Deacon juga menuntut pemerintah kota New York sebesar US$25 juta atau sekitar Rp300 miliar.
* Seorang pria akhirnya dibebaskan dari penjara setelah 21 tahun ditahan atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.
Dilansir dari situs Shanghaiist, Chen Man (53) menerima hukuman panjang dibalik jeruji atas tuduhan pembunuhan terhadap seorang perempuan di Hainan, China pada 1994.
Namun, hal itu tidak bisa dibuktikan oleh Pengadilan Zhejiang lalu membebaskan Chen 21 tahun kemudian.
Chen kemudian dibebaskan dari penjara Meilan, hanya beberapa hari sebelum Hari Raya Tahun Baru China. Ia bahkan menerima penghormatan dan permintaan maaf dari Hakim Fu Qin atas nama pengadilan. (ren)
Baca Juga :
Pensiunan Dokter Diduga Tewaskan Ratusan Pasien
Ia dikabarkan memberi dosis morfin berlebih sepanjang 1998-2000.
VIVA.co.id
18 Juni 2018
Baca Juga :