Jutaan Warga Bangladesh Konsumsi Air Tercemar Arsen
- REUTERS/Andrew Biraj
VIVA.co.id – Jutaan orang miskin di Bangladesh masih meminum air yang terkontaminasi arsen. Selama dua dekade hal ini baru diketahui setelah racun yang mematikan itu ditemukan dalam suplai air minum di negara tersebut.
Sebuah laporan terbaru yang disampaikan oleh kelompok Hak Asasi Manusia di Bangladesh mengatakan bahwa negara tersebut telah gagal mengatasi problem mendasar kebutuhan warganya. Padahal pencemaran air ini telah menewaskan sebanyak 43.000 warga Bangladesh setiap hari. Korban terbanyak berasal dari daerah kumuh.
Suplai air yang terkontaminasi arsen itu sudah terjadi sejak tahun 1970-an, ketika pemerintah Bangladesh membuat jutaan tabung sumur dangkal untuk memasok suplai air bersih. Pemerintah Bangladesh mungkin tidak menyadari air bersih yang mereka sediakan terkontaminasi arsen alami yang berasal dari tanah.
"Pemerintah Bangladesh mungkin tak memperhitungkan dasarnya. Langkah yang mereka ambil ternyata membawa serta arsenik dalam air minum jutaan orang miskin di wilayah tersebut," kata peneliti Human Rights Watch Richard Pearshouse, seperti dikutip dari Channel News Asia, 6 April 2016.
"Alasan mengapa tragedi besar ini tetap meluas adalah tata kelola yang begitu buruk," katanya menambahkan.
Tidak ada tanggapan segera dari pemerintah tetapi seorang pejabat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa seorang anggota parlemen Bangladesh secara individual mengambil keputusan,  50 persen dari sumur tabung yang didanai negara harus dibangun.
"Ini kebijakan yang disetujui pemerintah. Para anggota parlemen memiliki setiap kesempatan untuk menyalahgunakan kekuasaan mereka dan mengalihkan sumur tabung berisi air bersih untuk pendukung mereka, dan tidak menyebarkannya kepada orang-orang yang terkena dampak kontaminasi arsenik," katanya.
Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyebut krisis arsenik Bangladesh sebagau 'keracunan massal terbesar dalam sejarah’.
Paparan kronis arsenik akan membawa dampak kanker hati, ginjal, kandung kemih dan kulit, serta penyakit jantung, tetapi HRW mengatakan banyak korban di Bangladesh tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan. HRW memperingatkan bahwa jutaan orang Bangladesh akan mati jika pemerintah dan donor internasional tidak bertindak untuk mengurangi kontaminasi.