Kemlu Tolak Berikan Informasi Detil WNI Korban Sandera
- Ist
VIVA.co.id – Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, menegaskan hingga saat ini pemerintah Indonesia terus berupaya keras menyelamatkan 10 ABK WNI yang selama sepekan ini disandera oleh kelompok separatis Abu Sayyaf di Filipina.
"Yang jelas upaya terus berlangsung dengan koordinasi yang lebih baik dengan pihak Filipina. Mohon doanya ya," ujar Iqbal, Senin, 4 April 2016.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai detail keadaan korban, Iqbal mengaku tidak bisa memberikan keterangan lengkap karena memiliki pertimbangan yang lain. Ia menginformasikan, sesuai dengan rencana, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi akan memberikan keterangan pers mengenai kelanjutan kasus ini. Namun Iqbal tak menjelaskan kapan Menlu akan bicara.
Sabtu kemarin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengatakan, Menlu Retno dan Menteri Luar Negeri Filipina terus berembuk untuk pembebasan 10 ABK tersebut. "Menlu Retno dengan Menlu Filipina di Manila (1 April 2016) intensifikasi komunikasi dan koordinasi terkait penyanderaan 10 WNI," ujar pria yang akrab disapa Tata itu, melalui pesan singkat yang diterima VIVA.co.id.
Pekan lalu, kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang mengangkut 7.000 ton batubara dibajak oleh kelompok militan Abu Sayyaf, Filpina. 10 orang WNI yang menjadi ABK juga menjadi korbannya. Saat dibajak kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangas (Fililina Selatan). Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak. Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada tanggal 26 Maret 2016, saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.