Kemlu Prioritaskan Penyelamatan 10 WNI di Filipina
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/kye/16
VIVA.co.id - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi, menegaskan saat ini pemerintah lebih mengutamakan keselamatan para warga negara Indonesia (WNI) korban sandera Abu Sayyaf di Filipina.
"Saya tegaskan prioritas saat ini adalah keselamatan 10 WNI yang masih disandera. Pihak perusahaan pelayaran sejauh ini telah menyampaikan informasi tersebut kepada keluarga 10 awak kapal yang disandera. Kita akan terus bekerja dengan keras dan berkoordinasi untuk menyelamatkan semuanya," kata Retno, di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016.
Sebelumnya, pada Senin, Kemlu menerima informasi awal mengenai adanya dua kapal berbendera Indonesia yang dibajak dan 10 awak kapal berkewarganegaraan Indonesia disandera di Perairan Filipina.
Di samping itu, Retno sempat meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mendoakan para korban, sehingga ke-10 WNI awak kapal ini segera dibebaskan.
"Saya, Menlu RI, terus melakukan komunikasi dan berkoordinasi dengan seluruh pihak di Filipina, termasuk menlu mereka," kata dia.
Pembajakan dilakukan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batu bara dan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.
Kedua kapal dibajak dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangas (Filipina Selatan), dan tidak diketahui persis kapan kapal dibajak.
Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada Sabtu, 26 Maret 2016, ketika menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.