Nobel Perdamaian Suu Kyi Diserukan untuk Dicabut

Aung San Suu Kyi
Sumber :
  • Dok.Pribadi

VIVA.co.id - “Tak ada yang memberi tahu kalau seorang Muslim yang mewawancarai Saya.” Pernyataan ini disampaikan Aung San Suu Kyi usai diwawancara presenter acara BBC Today, Mishal Husain, pada 2013.

Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain mengenai penderitaan yang dialami oleh umat Muslim di Myanmar, Rohingya.

Suu Kyi juga diminta mengecam mereka yang anti-Muslim yang melakukan berbagai tindak kekerasan sehingga Suku Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar. (Menyadur Buku Biografi berjudul “The Lady and The Generals – Aung San Suu Kyi and Burma’s Strunggle for Freedom” yang ditulis oleh Peter Popham, jurnalis The Independent)

Mengutip situs Change, Senin, 28 Maret 2016, sebuah petisi yang diluncurkan oleh para tokoh kenamaan Indonesia mengaku terkejut bahwa kata-kata itu keluar dari mulut Suu Kyi, yang digadang-gadang seorang pejuang demokrasi dari Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian 2012.

Pasalnya, Indonesia termasuk yang kagum akan sosok Suu Kyi yang selama ini dikenal sebagai figur penyabar, berjuang dalam damai dan hingga akhirnya dapat merebut kekuasaan di Myanmar.

"Jelas sekali bahwa pernyataan Suu Kyi ini bernada rasis," kata Emerson Yuntho, salah satu tokoh yang tergabung dalam Petisi tersebut.

Kecewa dan marah

Ibarat pepatah, nila setitik rusak susuk sebelanga. Pernyataan Suu Kyi yang mempermasalahkan seorang jurnalis Muslim mewawancarainya berujung membuat banyak orang kecewa dan marah.

Hal ini, sekaligus membuka kembali pertanyaan dunia internasional tentang sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar.

"Dia (Suu Kyi) tidak mengeluarkan pernyataan apa pun terkait pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh etnis minoritas Muslim Rohingya," katanya, menegaskan.

Selama tiga tahun terakhir lebih dari 140 ribu etnis muslim Rohingya hidup sengsara di kamp pengungsi di Myanmar dan di berbagai negara. Oleh karena itu, Petisi ini mendorong Ketua Komite Nobel untuk mencabut Nobel Perdamaian yang diberikan untuk Suu Kyi.

"Hanya mereka yang sungguh-sungguh menjaga kedamaian yang layak menerima hadiah Nobel Perdamaian. Kalau tidak bisa menjaga sudah sepantasnya perhargaan tertinggi dan mulia itu dikembalikan atau dicabut oleh Komite Nobel," tutur Emerson, yang juga peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW).

Selain Emerson Yuntho, tokoh lainnya yang bergabung dalam petisi ini antara lain Teguh Juwarno, Goenawan Mohamad, Wishnutama, Grace Natalie, Didik Junaedy Rachbini, Suryani Sidik Motik, Yunarto Wijaya, Fadjroel Rachman, Nawir Messi, Suharso Monoarfa dan Halim Alamsyah. (one)

Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya