Pemilik Akun Ndoro Kakung Diminta Sampaikan Maaf pada Xanana
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Sebuah tulisan di akun Path yang mengatasnamakan Ndoro Kakung menulis informasi bahwa Widji Tukul, penyair yang menjadi musuh Orde Baru berada di Timor Leste, dan membantu negara tersebut merakit bom. Ndoro menulis dengan mengatakan, pernyataan tersebut disampaikan oleh Xanana Gusmao di siaran televisi TVTL.
Dalam akun Path itu, Ndoro menulis Widji Tukul memperoleh penghargaan dari Timor Leste atas jasanya membantu kemerdekaan Timor Leste. "Di TVTL Xanana bercerita tentang Tukul yang dinilainya sangat pintar. Tukul adalah orang yang memasok dan merakit bom yang dipakai tentara Timor Leste untuk melawan ABRI. Kata Xanana, pada waktu itu, antara 1998-1999, tentaranya kehabisan amunisi. Lalu datanglah Tukul yang kemudian membantu bikin bom. Sayang Tukul terbunuh di perbatasan oleh anggota ABRI. Di bom," demikian tulisan tersebut termuat di akun Path Ndoro Kakung yang beredar sejak Jumat pagi, 16 Maret 2016.
Selain itu, akun tersebut juga menyebut, anak Widji Tukul, Fitri Nganti Wani yang mewakili ayahnya menerima penghargaan, juga menerima sejumlah uang dalam acara pemberian penghargaan itu.
Tulisan di akun Ndoro Kakung itu mengguncang dunia aktivis. Widji Tukul adalah seorang buruh pabrik. Ia dikenal sebagai aktivis buruh dan penyair dengan syair-syair kritis yang menyerang Orde Baru. Ia menyerang pemerintah Orde Baru melalui tulisan-tulisannya yang tajam.
Widji Tukul dikabarkan menjadi bagian dari kelompok orang hilang pada sekitar tahun 1998-1999, kebanyakan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD). Hingga hari ini, tak pernah ada kabar dimana mereka berada. Masih hidup atau sudah tewas.
Nug Katjasungkana, penasihat media untuk Sekretariat Negara urusan Perempuan di Bidang Sosial dan Ekonomi, yang juga berada di gedung Delta Nova, Dilli, tempat Xanana memberikan penghargaan untuk Tukul, yang diwakili oleh anak perempuannya Fitri Nganti Wani pada Rabu,16 Maret 2016, mengaku sama sekali tak mendengar Xanana bicara seperti itu.
"Itu acara konferensi internasional yang sedang membicarakan Hak Timor Leste atas Laut Timor. Tujuan acara itu memang menggalang dukungan internasional untuk Laut Timor. Itu sebabnya diselipkan acara memberikan penghargaan pada orang asing yang berjasa pada Timor Leste, salah satunya Widji Tukul," ujar Nug kepada VIVA.co.id, yang menghubunginya melalui sambungan telepon pada Jumat siang, 18 Maret 2016.
Namun, ujar Nug, saat memberikan sambutan, Xanana sama sekali tak bicara bahwa Wdiji Tukul membantu mereka merakit bom, lalu tewas di bom oleh ABRI. Nug menambahkan, ia heran mengapa informasi itu bisa beredar.
“Memang saat Fitri menangis saat berbicara tentang ayahnya, semua yang ada ikut terharu. Xanana lalu berdiri dan memeluk Fitri sambil berkata, ‘Ayahmu ada di sini.’ Itu saja,” ujar Nug. “Mungkin kalimat, ‘Ayahmu ada di sini.’ itu yang diinterpretasikan berbeda,” kata Nug, menduga.
*** Selanjutnya (Permintaan maaf pada Xanana)
Permintaan maaf pada Xanana
Selain Nug, panitia acara konferensi internasional itu juga membantah kabar tersebut. Melalui pernyataan pers, Ketua Panitia Nuno Corvelo Laloran menyatakan, memang benar bahwa ACBN (Associacao Dos Combatentes Da Brigada Negra) pada tanggal 16 Maret 2016 bertempat di Dili di Gedung Delta Nova telah mengadakan rangkaian acara dalam bentuk Seminar Tentang Batas Laut yang dilanjutkan dengan pemberian sertifikat kepada 500 pejuang dari berbagai organsiasi di Timor Leste.
Hal ini sebagai pengakuan bagi pejuang telah berjasa dalam perjuangan kemerdekaan.dan kepada aktivis solidaritas internasional untuk Timor Leste dari Indonesia, Australia, Jepang dan Portugal. Pemberian sertifikat oleh Xanana Gusmao, namun bukan atas nama negara Timor Leste.
Nuno,tegas menuliskan, apa yang disampaikan oleh Ndoro Kakung tidak benar. "Xanana Gusmao tidak pernah menyampaikan pernyataan tersebut," katanya melalui siaran pers yang diterima oleh VIVA.co.id, Jumat, 18 Maret 2016.
Ia juga membantah Fitri menerima uang dari Xanana. "Xanana memberi imbauan kepada pemerintah Republik Demokratik Timor Leste melalui Kementerian Solidaritas Sosial agar dapat memberi bantuan kemanusiaan kepada aktivis yang dulu pernah bersolidaritas dan sedang mengalami kesulitan. Kementerian Solidaritas Sosial ini juga sudah pernah memberikan dukungan kemanusiaan seperti ini kepada beberapa aktivis solidaritas dari negara lain," ungkapnya.
Bantahan juga datang dari Ikatan Keluarga Korban Hilang Indonesia (IKOHI) dan Sahabat IKOHI. "Pemberitaan tidak benar tersebut keluar dari akun Ndorokakung di media sosialnya (Path) pada Kamis, 17 Maret 2016 yang isinya mempertanyakan kelayakan Wiji Thukul mendapat pengakuan, tentang tempat dan bagaimana Wiji Thukul mati, dan tuduhan bahwa Fitri Nganthi Wani (putri Wiji Thukul) telah mendapat hadiah uang," kata Ketua IKOHI, Wanmayetti, dalam keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Jumat, 18 Maret 2016.
Pernyataan dan penyebaran berita tersebut, kata Wanmayetti, telah melukai hati keluarga, sahabat, dan komunitas-komunitas yang tengah memperjuangkan pertangungjawaban Negara dan melaksanakan Rekomendasi Pansus Orang Hilang DPR RI pada 28 September 2009.
"Mengetahui keberadaan orang yang dicintai adalah hak paling hakiki dari keluarga korban penghilangan paksa. Menyebarkan berita tanpa bukti tentunya sangat melukai hati keluarga, sahabat, dan komunitas yang telah memperjuangkan ini selama lebih dari 17 tahun. Kemudian penyebaran informasi salah bahwa Fitri Nganthi Wani telah mendapat hadiah uang juga menambah luka dan kekecewaan dan kemarahan bagi keluarga dan sahabat," kata dia.
Wanmayetti menambahkan, baik IKOHI dan Sahabat IKOHI melihat Sertifikat Pengakuan dari Brigada Negra sebagai salah satu bentuk pelestari ingatan tentang pentingnya nilai solidaritas untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi dan HAM. Pada Wiji Thukul dan segenap kawan, kita berutang atas nikmat kebebasan pers dan informasi saat ini.
"Tugas kita adalah untuk melanjutkan perjuangan, bukan sebaliknya," ujarnya.
Nuno dan IKOHI sepakat menuntut Ndoro Kakung untuk mencabut tuduhan dan meminta maaf pada keluarga Widji Tukul, khususnya pada Fitri Nganti Wani dan kepada semua keluarga korban pelanggaran HAM di Indonesia.
"Kami juga meminta pemilik akun Ndorokakung untuk bertanggung-jawab terhadap segala bentuk dampak yang diakibatkan," ucap Wanmayetti.
Sedangkan Nuno, selain meminta pemilik akun Ndoro Kakung meminta maaf pada keluarga Widji Tukul, juga meminta pemilik akun itu menyampaikan permintaan maaf pada Xanana Gusmao.