Mantan Bos Mossad dan Pengkritik Netanyahu Meninggal
Kamis, 17 Maret 2016 - 19:15 WIB
Sumber :
- www.eventbrite.com
VIVA.co.id
- Mantan Direktur Mossad, Meir Dagan, meninggal dunia pada Kamis di usianya ke 71 tahun karena kanker. Ia merupakan pensiunan jenderal angkatan darat dan mulai memimpin Mossad pada 2002-2011.
Sebelumnya, Dagan dibawa ke Belarusia untuk operasi transplantasi hati pascadirinya ditolak oleh pihak kedokteran di Israel lantaran faktor usia.
Di bawah kepemimpinannya, operasi intelijen Mossad banyak menuai keberhasilan. Dua diantaranya melenyapkan Menteri Pertahanan Hizbullah, Imad Mughniyeh bersama CIA pada 2008, dan pembunuhan disertai sabotase siber terhadap ilmuwan nuklir Iran pada 2012.
Mengutip situs
Channel News Asia
, Kamis, 17 Maret 2016, saat Dagan menjadi bos salah satu badan intelijen terkenal itu, kawasan Timur Tengah dilanda konflik berantai seperti pemberontakan Palestina yang sedang berkecamuk, meningkatnya aksi kelompok militan Islam internasional serta proyek pengayaan uranium rahasia Iran.
Terkait program uranium Iran, Mossad berhasil membunuh lima ilmuwan Iran sekaligus merusak jaringan teknologinya yang berkaitan dengan program nuklir mereka. Agen mereka memasukkan virus ke dalam komputer yang dikendalikan sentrifugal nuklir Iran di Natanz, situs pengayaan uranium.
Baca Juga :
Iran Eksekusi Mati Ilmuwan Nuklirnya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sampai memuji Dagan sebagai 'pejuang berani dan komandan yang memberikan kontribusi besar untuk keamanan Israel'.
Kendati demikian, keharmonisan keduanya berakhir ketika terjadi silang pendapat mengenai penanganan nuklir Iran. Netanyahu 'ngebet' untuk sesegera mungkin menyerang Iran. Tapi Dagan mengatakan, invasi ke negeri Mullah harus dipikirkan matang-matang dan jangan terbawa nafsu.
Pada akhirnya, tepat seminggu sebelum mengundurkan diri sebagai bos Mossad, Dagan mengadakan konferensi pers di kantor Mossad, Tel Aviv.
Ia membantah pernyataan Netanyahu yang bilang dirinya dan Mossad siap untuk menginvasi Iran melalui perang pre-emptif. Dagan justru mengatakan sebaliknya.
"Saya katakan, Israel tidak usah buru-buru menyerang Iran. Kita bergerak (invasi) kalau pedang sudah menempel di leher," tegas Dagan.
Ia juga mengatakan, bila Netanyahu tetap ngotot menyerang Iran dikhawatirkan menjadi blunder bagi Israel dan membahayakan tanah air Yahudi.
Pernyataan Dagan lalu dibantah Netanyahu yang mengklaim bahwa Dagan kecewa lantaran jabatannya sebagai pimpinan Mossad tidak diperpanjang.
Meski begitu, perselisihan mereka tidak meletup ke permukaan. "Meir (Dagan) adalah pejuang berani dan komandan yang bertekad melindungi orang-orang Israel," ungkap Netanyahu. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Kendati demikian, keharmonisan keduanya berakhir ketika terjadi silang pendapat mengenai penanganan nuklir Iran. Netanyahu 'ngebet' untuk sesegera mungkin menyerang Iran. Tapi Dagan mengatakan, invasi ke negeri Mullah harus dipikirkan matang-matang dan jangan terbawa nafsu.