Ini Kronologi Kisruh Hubungan Rahasia Indonesia dan Israel
- www.haaretz.com
VIVA.co.id – Ucapan Wakil Menlu Israel Tzipi Hotovely yang mengatakan Indonesia memiliki hubungan diplomatik rahasia dengan Israel menjadi bola panas. Kemlu tegas membantahnya.
Isu ini bermula ketika Israel tak memberikan izin over flight bagi rombongan Menlu yang akan melantik Konsul Kehormatan Indonesia di Ramallah, Palestina, Minggu, 15 Maret 2016. Akibatnya, rombongan Menlu tak bisa memasuki wilayah Palestina.
Indonesia akhirnya tetap melantik Maha Abu-Shusheh sebagai Konsul Kehormatan pertama Indonesia di Palestina, dan berkedudukan di Ramallah, pada Minggu, 13 Maret 2016. Tapi pelantikan dilakukan di KBRI di Amman, Yordania. Dan, Israel tak terima.
Rabu, 16 Maret 2016, Wakil Menlu Israel Tzipi Hotovely dihadapan Parlemen Israel Knesset mengungkapkan alasan mengapa mereka mengeluarkan larangan over flight pada pejabat Indonesia.
Ia mengatakan, Indonesia melanggar kesepakatan dengan Israel. Hotovely lalu menceritakan adanya kunjungan Kepala Divisi Asia Kementerian Luar Negeri Israel, Mark Sofer, ke Indonesia, namun ia tak menyebutkan kapan kunjungan itu dilakukan. Menurut Hotovely, kunjungan Mark Sofer itu dilakukan dalam upaya mengatur kunjungan Menlu RI ke wilayah tersebut, dan mencegah timbulnya kekacauan publik.
Sebelumnya, pejabat Palestina mengatakan, Israel memblokir Menlu Indonesia memasuki wilayahnya karena Menlu tidak berencana mengunjungi Yerusalem. Namun Hotovely membantahnya. Saat konferensi pers dihadapan wartawan, ia menegaskan bahwa Yerusalem mencegah Menlu Indonesia karena menolak untuk bertemu dengan para pejabat Israel. "Meskipun tidak ada ikatan formal, namun ada hubungan berkelanjutan antara kami dengan Indonesia dalam berbagai isu," katanya seperti dikutip dari The Times of Israel, Rabu 16 Maret 2016.
Ia juga menegaskan, meski tak ada hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel, namun ada perjanjian rahasia antara Indonesia dengan Israel, dan itu artinya ada hal diplomatik dan protokol yang harus dihormati.
"Jadi ketika itu dilanggar, konsekuensinya adalah seperti yang terjadi beberapa hari lalu," ujarnya. "Terlepas dari kenyataan Indonesia tidak terlibat dalam hubungan diplomatik resmi dengan Israel, namun kita memiliki banyak rasa hormat untuk masyarakat Indonesia dan para pemimpinnya," katanya.
Namun apa yang disampaikan Hotovely dibantah Kementerian Luar Negeri RI. Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nassir mengatakan tak pernah ada rencana apa-pun untuk melakukan pertemuan dengan Israel.
"Saya tegaskan, tidak pernah ada pertemuan ataupun rencana untuk melakukan pertemuan antara Kemlu RI dengan Israel terkait dengan kunjungan ke Ramallah," kata Arrmanatha, Kamis, 17 Maret 2016 di gedung Kemlu RI, Jakarta.
Arrmanatha terus menekankan, Kemu tak pernah melakukan kesepakatan apa-pun mengenai kunjungan Indonesia ke Yerusalem. Tujuan utama Indonesia saat itu, kata Arrmanatha, adalah untuk ke Yordania melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Yordania dan melakukan kunjungan kehormatan dengan Perdana Menteri Yordania.
"Lalu tujuan selanjutnya adalah untuk pergi ke Ramallah melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Palestina dan kunjungan kehormatan terhadap presiden Palestina. Tidak hanya itu, Menlu juga bertujuan untuk melantik Konsul Kehormatan Indonesia di Palestina. Itu semua sudah direncanakan sejak Desember 2015, perjalanan akan melewati jalur diplomatik resmi yang sudah dikordinasikan dengan otoritas Palestina dan Yordania," kata Arrmanatha.
Tata menambahkan, rencana awal adalah Menlu menggunakan helikopter dari Amman dan langsung mendarat di Helipad Kantor Kepresidenan Palestina. Sehingga, ujarnya, rombongan Menlu tidak akan melewati jalur darat Israel.
"Rencana itu sesuai dengan usul dan fasilitas dari Yordania dan Amman," ucap dia. "Menlu Retno tidak pernah bertujuan melakukan hal lain selain itu ataupun memiliki skenario lain untuk pergi ke tempat lain selain dua tempat itu," katanya menambahkan.
Jubir Kemlu ini mengatakan, melantik di KBRI bukan hal yang aneh karena KBRI Amman memiliki akreditasi kepada Palestina. Kemlu, demikian kata Tata, tak peduli alasan Israel karena sudah pernah memiliki pengalaman sebelumnya. Jadi, apa-pun yang kita lakukan, jika itu menyangkut Israel, maka kita harus punya skenario cadangan," katanya menegaskan.
Hingga saat ini, Kemlu memilih tak mempedulikan alasan Israel. Bagi Kementerian Luar Negeri yang terpenting adalah tujuan meresmikan Konsulat Kehormatan di Ramallah sudah tercapai.
"Bu Menlu sudah bilang, "mission acomplished," ujar Arrmanatha.
Laporan : Dinia Adrianjara