RI Kaya Komoditas Tapi Minim Kelola, kata Profesor Belgia
- VIVA.co.id/Rebecca Reiffi Georgina
VIVA.co.id – Dalam serangkaian kunjungannya ke Indonesia, hari ini Putri Astrid dari Belgia menghadiri seminar pertanian di Institut Pertanian Bogor. Seminar bertajuk “Sustainable Agriculture: Towards A Bio-based Economy” itu membahas tentang penerapan teknologi untuk hasil yang berkelanjutan dan memperkuat industri pertanian Indonesia. Seminar juga membahas studi kasus bagaimana Belgia mengembangkan pertanian.
"Indonesia memiliki sektor agrikultur yang sangat hebat dengan komoditi yang beragam mulai dari kelapa sawit, karet, cokelat, kopi, teh, cabai dan lainnya. Komoditi yang paling banyak diproduksi Indonesia dan ikut mempengaruhi konsumsi dunia adalah kelapa sawit," kata Patrick Van Damme, Professor dari Universitas Ghent, ketika membuka seminar, Rabu 16 Maret 2016, di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Sementara itu, CEO Sampoerna Agro, Marc Louette, memperkirakan pada tahun 2050 mendatang, seluruh penduduk dunia membutuhkan sekitar 200 juta ton minyak kelapa sawit untuk konsumsi sehari-hari.
"Ratusan juta ton minyak kelapa sawit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia. Kelapa sawit dinilai sangat efisien untuk diproduksi dan berpengaruh pada kehidupan manusia," kata Louette.
Ia menambahkan, perkebunan kelapa sawit yang tersebar di banyak wilayah Indonesia, membuat sektor ini menjadi sebuah industri yang penting dan mempengaruhi kehidupan khususnya bagi masyarakat Indonesia. Industri ini, kata Louette, sangat berkontribusi terutama bagi petani kelapa sawit yang nantinya akan mempengaruhi hal lainnya di perekonomian Indonesia.
Meski menghasilkan banyak keuntungan, industri ini tak luput dari masalah. "Permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah manajemen, keuangan, kurangnya pendidikan dan latihan serta masih terjadinya pembakaran hutan bagi lahan tanam. Masih banyak komoditi yang harus dikembangkan secara ramah lingkungan dan di Belgia kami memiliki parlemen khusus untuk mengatasi semua permasalahan ini," kata Damme.
Intinya, ujar Damme, Indonesia harus menciptakan sektor agrikultur yang ramah lingkungan mulai dari tanah yang digunakan hingga ke konsumen. (ren)