Dokumen Rahasia ISIS Bocor ke Publik
- channelnewsasia.com
VIVA.co.id - Puluhan ribu dokumen yang berisi nama dan rincian kontak dari kelompok militan Daulah Islamiyah (ISIS) yang diberikan kepada Inggris, bocor. Demikian laporan dari kantor berita Sky News, seperti dikutip dari situs Channel News Asia, Kamis, 10 Maret 2016.
Salinan dokumen yang disiarkan oleh Sky News menunjukkan bahwa calon jihadis yang direkrut harus menjawab 23 pertanyaan, termasuk pada golongan darah, nama gadis ibu, tingkat pemahaman tentang syariah, serta pengalaman lainnya.
Isi dokumen berupa informasi cara ISIS merekut calon jihadis dari 51 negara. "Kami (Sky News) telah memberitahu pihak berwenang tentang hasil tangkapan," kata penyiar kantor berita di situsnya.
Beberapa nama dalam dokumen ini sudah diidentifikasi, seperti Abdel-Majed Abdel Bary, mantan rapper dari London Barat, Inggris, yang pernah mem-posting gambar dirinya di Twitter memegang kepala terpenggal.
Kemudian, Junaid Hussain dan Reyaad Khan, keduanya pakar operasi siber ISIS asal Birmingham yang muncul dalam sebuah video perekrutan. Namun, keduanya sudah tewas pada tahun lalu.
Terdapat pula dokumen seorang pria yang menggunakan nama Abu Hamed, mantan anggota tentara Suriah yang bergabung ISIS. Hamed keluar sebagai anggota ISIS karena kelompok itu tidak sejalan dengan ajaran Islam.
Dalam laporan Sky News, Hamed adalah tokoh yang membocorkan dokumen ini yang dicurinya dari kepala polisi keamanan internal kelompok ISIS. Dokumen yang disimpan dalam memory stick itu lalu dibawa ke Turki untuk diserahkan pada seorang wartawan untuk dipublikasi.
Selain itu, beberapa dokumen juga dilaporkan berisi informasi identitas jihadis yang sebelumnya tidak diketahui di Eropa Utara, Amerika Serikat dan Kanada, serta Afrika Utara dan Timur Tengah.
Perkembangan besar
Hingga saat ini, belum ada komentar segera tersedia dari kementerian dalam negeri maupun luar negeri Inggris. Olivier Guitta, Direktur Keamanan dan Risiko Internasional GlobalStrat, mengatakan, kebocoran dokumen ini sebagai bentuk dari kekecewaan para anggota ISIS.
"Kebocoran ini menunjukkan bahwa ada perpecahan suara dalam jajaran ISIS. Seperti halnya dalam organisasi besar. Pasti akan ada yang berjuang untuk kekuasaan belaka dan mereka bisa melihat jalan ini sebagai sumber perpecahan yang kemudian membentuk beberapa faksi," ungkap Guitta.
Sementara itu, Chris Phillips, Direktur Pelaksana Perusahaan Konsultasi Perlindungan Kontra Terorisme Internasional dan Kesiapan Keamanan, mengaku bahwa bocornya dokumen ISIS adalah sebuah perkembangan besar.
"Ini sangat bagus. Karena menunjukkan bagaimana kelompok ini rentan terhadap anggotanya sendiri. Mereka sekarang justru berbalik melawan. Jadi, potensi keamanan untuk identifikasi pelaku teroris yang sebelumnya tidak diketahui kini menunjukkan perkembangan pesat," katanya.
Dia menambahkan, kebocoran dokumen bisa menginspirasi orang lain untuk berbalik melawan ISIS yang untuk ke depannya bisa membantu menghentikan aliran dana dan calon relawan untuk bergabung ISIS dari Eropa dan Amerika Serikat.
"Info ini sangat berguna bagi kita, khususnya calon relawan yang ingin bergabung dengan ISIS, untuk menghentikan perekrutan ini di masa depan," kata Phillips. (ase)