Pendonor Dana Terbesar AS Ogah 'Serang' Trump
Kamis, 3 Maret 2016 - 10:12 WIB
Sumber :
- www.salon.com
VIVA.co.id
- The Koch Brothers, pendonor dana konservatif terkuat di Amerika Serikat, menyatakan tak akan menggelontorkan uangnya sebesar US$400 juta (Rp5,4 triliun) sebagai senjata politik untuk memblokir jalan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump.
Baca Juga :
Tanggapan Muslim di Afrika atas Menangnya Trump
Baca Juga :
Tebakan Beruang Putih 'Peramal' Soal Trump Benar
Mengutip situs Reuters, Kamis, 3 Maret 2016, James Davis selaku Juru Bicara Freedom Partners, payung politik Koch Brothers, mengatakan, pihaknya sedang menyusun strategi terkait siapa calon presiden yang akan didukungnya. Namun sayangnya, Davis menutup rapat strategi yang dimaksud.
Keputusan ini sekaligus memupuskan spekulasi bahwa mereka akan menggagalkan upaya Trump menuju Gedung Putih dengan slogan "Trump Intervention", yaitu strategi dengan melibatkan penggelaran jaringan politik yang luas dengan dukungan modal besar yang bertujuan menyingkirkan Trump dari perlombaan.
"Kami tidak memiliki rencana untuk terlibat dalam (pemilihan) primer," kata Davis.
Akan tetapi, tiga sumber yang dekat dengan Koch Brothers bilang, keengganan mereka 'menghambat' Trump karena merasa khawatir sebagai upaya yang sia-sia dan merupakan strategi yang blunder dalam menghabiskan uang sampai jutaan dolar AS.
"Mereka (Kochs Brothers) belum melihat 'lawan' tetap Trump. Kalau dipaksakan percuma dan membuang-buang uang saja," kata sumber itu.
Keterlibatan Koch Brothers dalam politik bermula pada 2012 di mana mereka mendukung Mitt Romney sebagai calon presiden AS dari Republik. Namun, mereka gagal mengusung Romney lantaran kalah.
Namun, lanjut sumber itu, spekulasi sempat mencuat sejak Januari lalu, ketika Koch bersama 500 pendonor politik terkaya AS di sebuah resor di California, menyebut kalau mereka bakal mengerahkan jaringan politiknya yang luas untuk mendukung Trump.
Meski begitu, Koch Brothers menentang retorika Trump tentang proteksionis dan pandangan garis kerasnya terhadap imigran gelap, khususnya perbatasan AS dan Meksiko.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kami tidak memiliki rencana untuk terlibat dalam (pemilihan) primer," kata Davis.