Mencuri Alat Kampanye, Mahasiswa AS Ditahan di Korea Utara
- Reuters/KCNA
VIVA.co.id – Tak jelas apa tujuan mahasiswa ini, namun Korut mengatakan, ia mencuri salah satu alat propaganda mereka.
Otto Wambier, mahasiswa asal Virginia ini berkunjung ke Korea Utara akhir tahun lalu. Saat hendak kembali ke AS, pada awal Januari, ia ditangkap sesaat sebelum pesawatnya lepas landas menuju China. Saat itu, pihak Korea Utara hanya mengatakan ada insiden yang ia lakukan di hotel tempatnya menginap.
Namun, pada Senin, 29 Februari 2016, pihak Pyongyang mengeluarkan pernyataan yang lebih jelas. Pihak berwenang Pyongyang mengatakan, ia ditahan atas usaha pencurian dan melakukan tindak kejahatan melawan negara.
Dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Maret 2016, Korea Utara yang tak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Amerika Serikat, beberapa kali menahan warga negara AS. Mereka menjadikan tahanan AS sebagai cara memastikan siapa saja warga AS yang berkunjung ke negaranya.
"Saya melakukan kejahatan karena mengambil slogan politik Korea Utara dari ruangan khusus staf Hotel Yanggakdo International Hotel," demikian pernyataan yang disampaikan oleh kantor beriata KCNA, mengutip pernyataan Wambier kepada media di Pyongyang. Namun Wambier tak menyebutkan dengan terinci, apa yang ia ambil.
"Saya melakukan kesalahan terburuk dalam hidup saya, tapi mohon, lakukan sesuatu untuk menyelamatkan saya," katanya seperti disiarkan oleh CNN.
Wembier menjelaskan, seorang "pendeta" telah menawarkan sebuah mobil bekas seharga US$10.000 jika ia bisa mempersembahkan benda tersebut sebagai "oleh-oleh" dari Korea Utara untuk gerejanya. Ia juga mengatakan, gereja akan membayar pada ibunya sejumlah US$200.000 jika ia ditahan oleh pihak Korea Utara dan tak kembali lagi.
Namun, Wambier memuji pihak Korea Utara yang telah memperlakukan dia dengan sangat manusiawi.
Sementara itu Gedung Putih pada Senin, 29 Maret 2016, mengatakan pihaknya masih mempelajari situasi dan terus bekerja keras dengan Sweden, yang menjaga kekuasaan AS di Korea Utara. AS mempelajari kemungkinan membebaskan Warmbier. "Sudah menjadi kebijakan administrasi yang paling besar dari kami untuk menyelamatkan warga negara AS di luar negeri," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.