Rusia Abaikan Tudingan Terlibat Jatuhnya MH17
- REUTERS/Maxim Zmeyev
VIVA.co.id – Sebuah hasil investigasi dari Inggris menyebutkan, militer Rusia dari Brigadir 53 terlibat dalam penembakan pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17. Pesawat tersebut meledak di udara saat melakukan perjalanan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur pada 17 Juli 2014. Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 298 orang tewas.
Namun, tuduhan pihak investigasi asal Inggris itu ditanggapi santai oleh Kedubes Rusia di Indonesia. Saat dikonfirmasi, Dubes Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan, tuduhan itu bukan pertama kalinya dan sifatnya spekulatif. "Rusia mendapatkan spekulasi soal hal itu dan kami sudah beberapa kali menanggapi spekulasi itu. Spekulasi itu muncul pada hari pesawat terbang ke Amsterdam," kata Galuzin saat dikonfirmasi, Kamis, 25 Februari 2016.
Ia menambahkan, bukti yang disampaikan mengenai keterlibatan Rusia dalam kasus tersebut tak memiliki dasar. "Pada hari tersebut, pihak keamanan kami menemukan suatu komponen roket yang bisa menembak pesawat. Kami telah membuktikan bahwa benda tersebut dibuat dua bulan sebelum kejadian, dimana saat itu teritorial di sana sudah dikontrol oleh tentara Ukraina. Jadi publikasi tersebut adalah hanya spekulasi," ujarnya menegaskan.
Galuzin menuding, penelitian yang dilakukan tidak obyektif. Misalnya rusia tidak diberikan akses pada penelitian tersebut. Data yang diberikan rusia juga tidak dilihat oleh penyelidik. Padahal, menurut Galuzin, Rusia bisa membuktikan senjata itu telah lama tidak digunakan oleh Rusia, namun tentara Ukraina masih menggunakannya.
"Selain mengabaikan bukti yang disampaikan oleh Rusia, mereka juga mengabaikan data dari Rusia, yakni saat kejadian, pesawat Ukraina berada di teritori udara wilayah tersebut sedangkan Rusia tidak," ujarnya.
Galuzin menyimpulkan, spekulasi keterlibatan Rusia dalam pemboman tersebut adalah upaya untuk menuding Rusia dan membantu Ukraina. Apalagi, menurutnya, internasional juga mengetahui, pemerintah Ukraina telah melakukan kegiatan yang tak bertanggungjawab dan menggunakan bandara sebagai basis serangan, namun internasional menutup mata.
(mus)