Rusia: AS Hancurkan Hubungan Internasional

Dubes Rusia untuk RI Mikhail Y. Galuzin.
Sumber :
  • VIVAnews/Santi Dewi

VIVA.co.id –  Perwakilan Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, mengajak beberapa diplomat Indonesia untuk merayakan Hari Diplomatik Rusia, yang jatuh pada 10 Februari. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin, saat pidatonya bercerita, 10 Februari 1549 menjadi hari pengutusan Duta Besar oleh Kementerian Luar Negeri.
 
Dia mengatakan pengutusan pada diplomat ke negara adalah misi untuk menjalin hubungan kerja sama yang baik dalam hal apapun. Saat pidato, Galuzin pun mengaitkan antara misi Rusia, dengan negara Barat yang dikepalai oleh Amerika Serikat (AS) tak sejalan dengan mereka.
 
“Hari ini saya ingin berbicara tentang posisi Rusia terhadap pembentukan dunia adil, demokratis dan polisentris, yang merupakan salah satu tujuan kebijakan luar negeri Rusia,” katanya, saat pidato di Gedung Russian Center of Science and Culture, Jakarta Pusat, Jumat malam, 12 Februari 2016.
 
Paham polisentris itulah, menurut Galuzin, yang menjadi titik permasalahannya. Politik luar negeri yang dijalankan oleh AS malah bertujuan untuk kepemimpinan dan ekslusivitas mereka di panggung internasional. AS dituding berusaha membentuk sistem global sesuai standar universal Barat.
 
“Berasal dari kecenderungan mereka bertindak sepihak, termasuk keinginan untuk menghukum negara yang tidak setuju dengan AS,” ungkapnya.
 
Akibatnya, kata Galuzin, hubungan internasional menjadi hancur. Ia pun mencontohkan situasi yang kini dialami oleh Timur Tengah dan Afrika Utara.
 
Negara yang masih dipusingkan dengan perang saudara berharap masalah politik dan sosial cepat terselesaikan. Sebab akibat campur tangan Barat yang agresif untuk menggulingkan permerintahan Irak, Libia dan Suriah, malah menghancurkan tata negara dan tata kehidupan di sana.
 
“Kita lihat bukan demokrasi dan kemajuan. Tetapi kekerasan, bencana sosial, serta hak-hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup tidak diperhatikan,” tegas Galuzin.
 
Lalu, karena terdapat kekosongan kekuasaan, menurutnya, menjadi pendorong meningkatkatnya aksi terorisme di sana, seperti contohnya kelompok militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).

NATO Kirim Pasukan ke Rusia, Keamanan Global Terganggu