AS Siapkan Uji Coba Vaksin Zika ke Manusia

Virus Zika dalam foto yang dirilis CDC AS.
Sumber :
  • REUTERS/CDC/Cynthia Goldsmith/Handout via Reuters
VIVA.co.id
- Sebuah vaksin yang diciptakan untuk melawan virus Zika sudah bisa diujicobakan ke manusia, mulai bulan depan. Vaksin ini juga segera disebarluaskan ke seluruh area yang menjadi penyebaran virus tersebut.


"Kami tahu, kami bisa memulai percobaan ini lebih cepat lagi. Namun kami ingin pada akhir 2016, percobaan sudah tuntas dan tak ada lagi pertanyaan apakah vaksin ini aman dan bisa berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh yang menurut prediksi Anda mampu melawan Zika," ujar Dr Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi Menular, kepada Senat AS, seperti dikutip oleh
Voa News
, Jumat, 12 Februari 2016.


Sementara itu, ilmuwan Eropa juga bersiap dan berjaga-jaga jika virus itu menyebar ke Eropa. Peneliti dari  Mikrobiologi Klinik dan Penyakit Infeksi Masyarakat Eropa (ESCMID) sedang mengembangkan alat untuk memantau virus Zika. Mereka tak menutup kemungkinan virus itu akan mencapai Eropa Selatan.


Seperti dikutip dari
Euractiv.com,
Jumat, 12 Februari 2016, para ilmuwan khawatir, penyebaran cepat virus Zika di Amerika menimbulkan risiko yang signifikan untuk penduduk di negara-negara Eropa Selatan seperti Prancis, Italia dan Spanyol, yang di masa lalu pernah terpapar kasus demam berdarah.
Membedakan Gejala Virus Zika dengan Demam Berdarah


Cegah Virus Zika, Jawa Timur Bentuk Tim Reaksi Cepat
Zika telah dianggap kasus darurat global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahkan mulai disandingkan dengan wabah Ebola yang mengganas pada akhir tahun 2013 di  Afrika Barat. WHO memperkirakan, penyebaran virus Zika di Amerika Selatan dan Tengah bisa menyebabkan empat juta kasus baru pada tahun 2016.

2,6 Miliar Orang Berisiko Terkena Zika

Meski penyebaran awal virus Zika terjadi karena nyamuk Aedes Aegepti, namun kasus ini ditemukan juga terjadi karena tranfusi darah dan hubungan seks yang tak aman. Zika juga dikaitkan berpengaruh besar pada ibu hamil, karena berpotensi membuat bayi mengalami mikrosepalus, yaitu bayi lahir dengan ukuran kepala yang mengecil. (one)


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya