25 Tahun, 2.297 Wartawan Tewas
- Reuters
VIVA.co.id - Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) mengatakan, dalam seperempat abad terakhir, sekitar 2.297 wartawan dan staf media tewas dalam menjalani tugas mereka. Mereka tewas karena menjalankan tugas melaporkan berita terutama mengenai informasi situasi perang, revolusi, kejahatan, dan korupsi.
"10 tahun terakhir adalah yang paling berbahaya," kata Sekjen IFJ, Anthony Bellanger, seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu, 31 Januari 2016. Ia menunjuk tahun 2006 hingga 2016 sebagai jumlah tertinggi dengan jumlah jurnalis yang tewas mencapai 155 orang.
Bellanger mengatakan, resolusi PBB untuk para jurnalis seluruh dunia menjadi buruk karena banyaknya jurnalis yang dibunuh dan menjadi target sasaran. "Kami perkirakan hanya satu dari 10 kasus (pembunuhan jurnalis) yang ditangani, ini adalah isu diplomatik. Mari kita hentikan impunitas yang melindungi para pembunuh," kata Bellanger.
Melalui laporan setebal 79 halaman, IFJ menegaskan akan membawa laporan tersebut ke pertemuan UNESCO di Paris, Kamis pekan depan. Bellanger menegaskan, melalui laporan tersebut, sudah waktunya dunia mengambil sikap untuk melakukan sesuatu pada kasus yang membahayakan nyawa jurnalis tersebut.
"Ada sebuah kebiasaan di mana para penculik menyandera jurnalis dan membunuh mereka tanpa meminta uang tebusan," kata Bellanger.
IFJ menyatakan, berdasarkan laporan tersebut, Irak menjadi salah satu negara yang paling berbahaya dengan total kasus pembunuhan mencapai 309 kejadian. Negara kedua adalah Filipina dengan 146 pembunuhan, sementara Meksiko dengan kejahatan narkobanya menjadi negara paling berbahaya ketiga dengan 120 pembunuhan.