Mengungsi dari Suriah, 10 Anak Justru Tewas di Turki
- REUTERS/Bassam Khabieh
VIVA.co.id - Dalam sebuah foto terlihat seorang anak kecil, dengan pakaian musim dingin, celana warna biru tua, sweater biru terang untuk perlindungan ekstra di musim dingin. Anak tersebut mungkin baru berusia sekitar 3 tahun, namun telah terbaring tak bernyawa di bebatuan tepi pantai.
Anak itu merupakan satu di antara 37 orang yang meninggal, saat perahu mereka terbalik pada hari Sabtu, dan terdampar di pantai bebatuan Turki. Mereka diyakini sebagai orang Suriah yang melarikan diri dari perang dan mencoba mencapai pantai Eropa. Berdasar laporan dari Associated Press, sedikitnya ada 10 anak meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Foto lainnya menunjukkan petugas penyelamat Turki membawa seorang anak yang lebih dewasa, dengan celana jeans dan jaket pelampung. Matanya sedikit terbuka menatap petugas penyelamat, yang memasukkannya ke dalam kantung jenasah.
Kantor berita negara Turki, Anadolu melaporkan bahwa kapal sepanjang 17 meter tersebut meninggalkan Ayvacik, sebuah kota di Turki, dan terbalik di bebatuan. Di dalam kapal tersebut terdapat beberapa orang dari Afghanistan dan Myanmar. Hingga kini, belum ada penjelasan mengenai penyebab kecelakaan tersebut.
"Kematian di rute ini meningkat hingga tingkat yang mengkhawatirkan," kata juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Joel Millman, seperti dilansir dari New York Times.
Selain itu, kematian akibat konflik Suriah juga meningkat sangat mengkhawatirkan selama lima tahun terakhir. Bahkan menurut PBB, saat ini, korban meninggal lebih dari 250.000.
PBB telah berupaya mempertemukan perwakilan kedua negara untuk datang ke Jenewa dan membahas masalah Suriah dan Rusia. Namun perwakilan kedua negara enggan bertemu langsung, dan memilih hanya berbicara melalui Staffan de Mistura, utusan PBB.
Namun di bawah tekanan Amerika, akhirnya mereka tiba pada Sabtu malam, dan pertemuan keduanya diharapkan akan berlangsung Minggu sore.
Sebelumnya, Sekjen PBB, Ban Ki moon mengatakan bahwa dia berharap adanya upaya-upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik Suriah tidak hanya bergantung pada nasib satu orang.