Bom Sarinah, Bukti Gagalnya Deradikalisasi di Indonesia

Sumber :
  • REUTERS/Veri Sanovri

VIVA.co.id - Wakil Indonesia untuk ASEAN Intergovernmental Comission on Human Rights Commision (AICHR) periode 2009-2015, Rafendi Djamin, menegaskan Indonesia masih memiliki banyak tugas soal pengamanan terhadap ancaman terorisme. Pekan lalu, jaringan terorisme ISIS mengklaim berada di balik serangan teroris di Jakarta.

"Indonesia punya pekerjaan rumah yang harus lebih diutamakan, bagaimana membangun sinergi intelijen dari instansi-instansi keamanan supaya lebih efektif dalam menghadapi tindakan teror, serta upaya deradikalisasi," kata Rafendi, di Jakarta, Selasa, 19 Januari 2016.

Ia beranggapan, tragedi tersebut memperlihatkan kegagalan proses deradikalisasi yang selama ini dilakukan pemerintah Indonesia. Pasalnya salah satu terduga dalang penyerangan, Bahrun Naim, merupakan mantan terpidana asal Indonesia. Artinya, kata Rafendi, program deradikalisasi kita tidak jalan atau gagal.

Saat ini ASEAN memiliki laporan-laporan mengenai arus masuknya teroris ke dalam sejumlah negara bahkan jaringan teroris asal China, Uighur, diperkirakan sudah masuk ke wilayah Asia Tenggara.

"Kelompok militan Uighur itu masuk ke wilayah Asia Tenggara dalam konteks solidaritas yang buta itu, dengan pandangan dangkal. Gerakan radikalisasi itu muncul jg akibat dari represi Tiongkok. Jadi Tiongkok juga harus mengurangi represinya," kata dia.

Rafendi menambahkan, saat ini China memang sedang berusaha mendekati Iran, Arab Saudi, supaya menghilangkan bahaya terorisme di negaranya.

Uang Damai untuk Istri Siyono Masih Disimpan Muhammadiyah

"Tapi kalau dia (China) tidak membenahi kebijakan mereka soal Uighur, ya sama saja. Terorisme hanya bisa tuntas dengan kerja sama internasional," ucap dia.