Guru Prancis Mengaku Diserang Teroris
Selasa, 15 Desember 2015 - 17:09 WIB
Sumber :
- REUTERS/Pascal Rossignol
VIVA.co.id
- Ancaman dan serangan ini membuat guru dan sekolah ketakutan. Apa lagi Prancis baru mengalami teror yang menewaskan ratusan orang.
Seorang guru di Prancis menceritakan kepada murid-muridnya tentang serangan yang ia alami dan dilakukan seseorang dengan penampilan seperti kelompok Islam militan.
Baca Juga :
ISIS Ungkap Enam Alasan Membenci Barat dan Eropa
Seorang guru di Prancis menceritakan kepada murid-muridnya tentang serangan yang ia alami dan dilakukan seseorang dengan penampilan seperti kelompok Islam militan.
Laporan yang disampaikan pada Senin, 14 Desember 2015 itu membuat polisi segera mengambil tindakan. Mereka membatalkan kelas dan melakukan penyelidikan anti teroris.
Diberitakan oleh
Reuters,
pada Selasa, 14 Desember 2015, serangan tersebut terjadi pada Senin pagi, saat guru tersebut sedang mempersiapkan kelas di sekolah Saint-Denis, yang berlokasi di sebelah selatan Paris. Ia mengaku mendapat ancaman dan serangan menggunakan pisau dari seorang pria berjubah yang mengaku memiliki jaringan dengan kelompok militan ISIS.
Guru tersebut segera dilarikan ke rumah sakit. Polisi segera mengambil tindakan dan melakukan investigasi mengenai adanya kemungkinan terorisme.
"Guru tersebut sudah ditanyai, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kejadian yang ia ceritakan," kata seorang petugas dari kantor kejaksaan.
Kepala Polisi Philippe Galli mengatakan kepada wartawan, terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan mengenai serangan tersebut. Polisi hanya mengatakan, penyerang menggunakan penutup wajah, mereka juga menemukan pisau, dan gunting di dekat lokasi penyerangan.
Insiden ini terjadi disaat Prancis masih diliputi ketegangan akibat serangan brutal di Paris yang menewaskan 130 warganya. Apalagi penyerangan ini didahului dengan propaganda ISIS dalam bahasa Prancis, yang menolak sistem sekolah Prancis dan mendesak murid untuk membunuh guru mereka karena guru-guru mempromosikan pelajaran sekuler, mengajarkan musik, dan menggambar.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Laporan yang disampaikan pada Senin, 14 Desember 2015 itu membuat polisi segera mengambil tindakan. Mereka membatalkan kelas dan melakukan penyelidikan anti teroris.