Profesor Jepang: Kami Tidak Kenal Islamophobia

Suasana masjid di Tokyo Jepang
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id - Presiden Universitas Toyo Eiwa dari Jepang, Akifumi Ikeda, mengaku senang dengan sikap toleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat Jepang terhadap kaum minoritas terutama mereka yang memeluk agama Islam.

"Islam kini sedang berkembang di Jepang, dan hal itu disambut baik oleh jutaan masyarakat Jepang. Tidak ada perbedaan perlakuan yang dihadapkan kepada kaum minoritas atau pemeluk agama Islam di Jepang," ujar Ikeda yang ditemui hari ini dalam Konferensi Forum Islam dan Demokrasi di Jakarta pada Senin, 23 November 2015.

Ia mengatakan, ketakutan seseorang terhadap Islam atau Islamophobia bukanlah merupakan suatu masalah di negeri Sakura itu. Pasalnya, jumlah penganut agama Islam sangat sedikit dan seorang muslim tidak pernah menjadi 'target' di Jepang.

"Kami (Jepang), selalu menunjukkan sikap ramah kepada pemeluk Islam dan kini banyak orang asli Jepang yang beragama Islam," ujarnya.

Ikeda menjelaskan, hal itu dapat terjadi karena di Jepang sejak kecil seorang anak diajarkan untuk saling menghargai sesamanya. Baik dididik oleh keluarga maupun sekolah dengan pemahaman dari tenaga pengajar.

Tak bisa dihilangkan

Pesan Twitter untuk Aksi Damai 4 November

Direktur Eksekutif Habibie Center, Rahima Ibrahim, menganggap bahwa Islamophobia atau ketakutan terhadap Islam tidak bisa dihilangkan dari dunia internasional. Sebab, pandangan itu selalu lahir setiap adanya insiden yang mengatasnamakan agama Islam.

"Islamophobia tidak bisa dihentikan. Setiap ada kejadian pasti orang-orang menganggap hal itu dilakukan oleh pemeluk (agama) Islam. Padahal yang sebenarnya adalah dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu yang membawa nama Islam untuk membenarkan apa yang mereka lakukan," ujar Rahima.

Rahima menjelaskan, Islamophobia baru bisa dihilangkan dari dunia jika semua orang yang ada saling bersatu dan mengerti permasalahan yang sebenarnya terjadi. Ia meminta agar tidak ada satupun orang yang menghubungkan aksi terorisme dengan agama Islam ataupun agama lain.

"Butuh edukasi dan pemahaman bahwa mereka (umat Islam) bukanlah teroris. Jangan karena perbuatan salah satu orang menyebabkan pandangan buruk terhadap orang lainnya. Karena ada satu orang (mengaku) Islam berbuat jahat, bukan berarti semua orang Islam itu jahat," kata dia.

Ia melanjutkan, jika ada orang yang menyalahkan seseorang karena Islamophobia, maka orang tersebutlah yang bersalah. Seharusnya, ujar dia, kita justru memberikan pemahaman dan penjelasan bagi orang bersangkutan bahwa Islam bukanlah agama yang 'jahat' dan pemeluknya bukanlah seorang teroris yang harus ditakuti. (ren)