Wanita yang Ledakan Diri di Paris Tak Pernah Baca Alquran
- REUTERS
VIVA.co.id - Penyergapan yang dilakukan oleh polisi Prancis pada sebuah apartemen di Saint Denis, Rabu lalu, 18 November 2015, menewaskan dua orang.
Abdelhamid Abaaoud, yang diduga sebagai otak serangan, dan seorang wanita yang akhirnya meledakan diri, diidentifikasi sebagai Hasna Boulahcen.
Ibunda Hasna Boulahcen, wanita yang meledakkan dirinya dalam insiden Paris, menganggap anaknya menjadi seperti itu, karena mengalami proses cuci otak.
"Itu cuci otak," komentar ibunda Hasna, mengomentari perubahan radikal yang dialami anaknya selama enam bulan terakhir.
Sementara itu, kakak laki-laki Hasnah, yang tak bersedia disebutkan namanya, mengakui adiknya mengalami perubahan yang radikal selama enam bulan terakhir. Hasna juga mulai mengenakan penutup wajah.
"Dia tidak stabil. Dia membuat sendiri kerumitan dalam hidupnya. Dia tak pernah terlihat belajar agama, dan saya tak pernah melihatnya membaca Alquran," komentar sang kakak seperti dikutip dari alarabiya.net, Jumat 20 November 2015.
Sebuah sumber yang dekat dengan pihak investigasi mengatakan, penyerbuan terhadap para pelaku serangan di Paris berlokasi tak jauh dari Aulnay-sous-Bois, sebuah kota kecil tempat tinggal ibu Hasna, di mana gadis berusia 26 tahun itu sempat kembali enam bulan yang lalu. Di sana, Hasna tinggal bersama ibu dan sepupunya. Namun, tiga minggu yang lalu ia pergi.
"Dia memutuskan untuk pergi dan tinggal bersama temannya di Drancy. Pada Rabu, saya menyalakan televisi dan saya melihat ia bunuh diri," kata kakak Hasna.
Paris mengalami serangkaian serangan pada Jumat 13 November 2015. Enam titik menjadi sasaran bom bunuh diri dan penembakan. 129 orang tewas dan 400 lainnya luka-luka.
Serangan ini menebar ketakutan global di kalangan negara-negara Eropa, yang terus menerima pengungsi Suriah. Sejumlah pelaku disebut-sebut masuk ke wilayah Eropa, dengan mengikuti rombongan pengungsi. (asp)