Tangkis Pemikiran Radikal, RI Terus Suarakan Islam Moderat
Kamis, 19 November 2015 - 06:54 WIB
Sumber :
- Twitter Kementerian Luar Negeri RI
VIVA.co.id
- Pasca serangan di Paris yang berlangsung pada Jumat pekan lalu, nama Islam semakin dikaitkan dengan aksi terorisme. Padahal, terorisme tidak dikenal dalam ajaran agama apa pun.
Baca Juga :
Pesan Twitter untuk Aksi Damai 4 November
Untuk memberikan pemahaman terhadap dunia Islam tidak identik dengan radikalisme, terorisme, konflik internal dan krisis multi dimensional, organisasi International Conference of Islamic Scholars (ICIS), menyelenggarakan Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim ke-4 pada 23-25 November 2015. Sesuai rencana, acara akan digelar di Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang dan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Acara kali ini adalah yang ke-4 kalinya diadakan. Â Sebelumnya kali terakhir diadakan pada tahun 2008. Konferensi ini merupakan salah satu bentuk kerjasama dari Kementerian Luar Negeri dengan Nahdlatul Ulama (NU) untuk mengaktualisasikan agama Islam dalam sistem pendidikan menuju ke masyarakat dunia yang harmonis," ujar Direktur Jendral Informasi dan Diplomasi Publik, Esti Andayani ketika memberikan keterangan pers di gedung Kemlu, kawasan Pejambon, Jakarta Pusat.
Esti mengatakan, acara ini juga diselenggarakan untuk memperkuat pemahaman Islam yang moderat, mempromosikan Pancasila, memperkuat peran Indonesia di dunia Islam, mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan di dunia yang bersangkutan dengan agama Islam serta mewujudkan sistem pendidikan dengan landasan ajaran Islam.
Sementara, Sekretaris Jenderal ICIS, Ahmad Hasyim Muzadi, mengatakan acara ini juga sebagai upaya agar pemikiran radikal dan liberal tidak menggerus pemikiran Islam moderat.Â
"Penyelenggaraan ICIS ke-4 ini juga untuk memperkuat Islam moderat di Indonesia dan dunia internasional. Pemikiran moderat akan tergerus oleh pemikiran radikal dan liberal jika tidak ada upaya untuk mengelola dengan baik pemikiran tersebut," kata Sekjen ICIS, Hasyim.
Dia memaparkan, para ulama dan Pemerintah Indonesia harus waspada dan mengantisipasi tergusurnya pemikiran moderat di tanah air. Moderat kata dia bermakna integritas keyakinan sendiri dan memberi ruang terhadap kepentingan orang lain.Â
"Jangan karena kita punya kepentingan sendiri kemudian kita abaikan semua keyakinan," kata dia.
Konferensi ini turut diikuti oleh sekitar 45 tokoh agama dari 22 negara, akademisi dan Duta Besar negara sahabat. Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak dan Sultan Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah, juga dijadwalkan hadir untuk menyampaikan pidato kunci.
Konferensi ini akan menghasilkan "Malang Message" yang berisi himbauan kepada masyarakat dunia untuk lebih mengerti agama Islam secara moderat dan menerapkannya dalam pendidikan serta kehidupan.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Esti mengatakan, acara ini juga diselenggarakan untuk memperkuat pemahaman Islam yang moderat, mempromosikan Pancasila, memperkuat peran Indonesia di dunia Islam, mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan di dunia yang bersangkutan dengan agama Islam serta mewujudkan sistem pendidikan dengan landasan ajaran Islam.