Suu Kyi Datangi Parlemen, Siap Bentuk Pemerintahan Baru
- Reuters/Soe Zeya Tun
VIVA.co.id - Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi yang partainya meraih kemenangan telak dalam pemilu parlemen 8 November lalu kini mulai membuka pembicaraan dengan militer.
Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional Demokrasi (NLD), adalah musuh lama militer. Kemenangan NLD membuat Suu Kyi dan militer Myanmar mau tidak mau harus bertemu dan duduk bersama untuk membentuk pemerintahan berikutnya di Myanmar.
Suu Kyi bertemu dengan juru bicara parlemen, Shwee Mann, seorang mantan jenderal yang dianggap sebagai sosok ketiga yang paling kuat dalam pemerintahan militer negara itu. Kedua tokoh ini bertemu di Naypidaw, ibu kota Myanmar, pada Minggu, 15 November 2015.
Shwee Man, digulingkan tahun lalu dari posisinya sebagai ketua partai USDP yang berkuasa. Shwe Mann menggambarkan pertemuan hari Minggu itu sebagai pertemuan yang ramah. Ia mengatakan, Aung San Suu Kyi mengucapkan selamat padanya atas reaksi penerimaan pemilu yang begitu cepat.
Sejauh ini, NLD telah memenangkan lebih dari 80 persen kursi di parlemen. Namun kesempatan Suu Kyi untuk menjadi presiden terganjal oleh UU di negara tersebut yang mensyaratkan calon presiden tak boleh menikah dengan WNA dan memiliki anak dari WNA.
Namun, seperti dikutip dari Voice of Amerika, Senin, 16 November 2015, Suu Kyi memiliki kekuatan yang sangat besar di NLD. Akhir pekan ini, ia akan mempersiapkan pertemuan dengan Presiden Myanmar Thien Sien dan pemimpin militer Jenderal Min Aung Hlaing.
Presiden Thien Sien, pada Minggu, 15 November 2015, menyampaikan dukungan penuhnya untuk bekerja sama dengan pemerintahan transisi menuju pemerintahan baru. Myanmar saat ini tengah menjadi sorotan dunia, yang khawatir kekuatan militer, akan kembali mengabaikan hasil pemilu, seperti yang pernah terjadi 25 tahun yang lalu.
Aung San Suu Kyi, adalah anak dari Aung San, seorang pahlawan independen yang tewas dibunuh. Suu Kyi yang mengusung demokrasi melalui partai NLD memenangkan pemilu pada tahun 1990, namun militer mengabaikannya.
Akibat aktivitas politiknya, Suu Kyi menjalani tahanan rumah selama lebih dari 15 tahun. Tahun 1990 NLD ikut pemilu. Mereka menang telak. Namun militer mengabaikan kemenangan itu. Suu Kyi diadili dan dikenakan tahanan rumah, dan militer kembali berkuasa.