Kunjungan PM Turnbull Tanda Pulihnya Hubungan Dua Negara
Minggu, 8 November 2015 - 05:59 WIB
Sumber :
- REUTERS/David Gray
VIVA.co.id - Pada Kamis pekan depan, Perdana Menteri baru Australia, Malcolm Turnbull, akan menyambangi Jakarta. Ini akan menjadi kunjungan perdana Turnbull dalam kapasitasnya sebagai PM ke negara tetangga terdekatnya tersebut.
Sesuai informasi yang disampaikan Kementerian Luar Negeri pada Kamis lalu, Turnbull akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 12 November 2015. Pemimpin Partai Liberal itu akan berada di Jakarta selama satu hari.
Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengatakan, kunjungan Turnbull akan memberikan dampak sangat positif dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara. Hubungan tersebut sebelumnya berada di titik nadir, karena isu hukuman mati.
Australia yang ketika itu masih dipimpin oleh PM Tony Abbott mengatakan kemarahannya ketika Kejaksaan Agung tetap mengeksekusi mati dua warga mereka, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Keduanya ditangkap karena terlibat kasus narkoba. Kunjungan tersebut juga menandai pulihnya hubungan kedua negara usai dilanda berbagai ketegangan.
"Kedua pemimpin juga telah melakukan komunikasi secara erat yang mencerminkan kuatnya semangat kedua pemimpin untuk menjalin kerja sama yang lebih baik di berbagai bidang," ujar Nadjib seperti tertulis di dalam keterangan tertulis KBRI Canberra dan diterima VIVA.co.id pada Sabtu, 8 November 2015.
Pernyataan itu disampaikan Nadjib ketika berbicara di hadapan para peserta kursus dengan tema "Tantangan Keamanan Nasional dan Kebijakan di Indo-Pasifik". Kursus yang diikuti oleh para pejabat diplomatik dan perwira militer dari beberapa negara di kawasan Asia Pasifik itu digelar di Australian Defence Force Academy (ADFA) di Canberra pada Kamis lalu.
Menurut mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belgia dan Uni Eropa itu, komunikasi tingkat tinggi yang dijalin Indonesia dan Negeri Kanguru menjadi aset penting bagi kemitraan dua negara.
"Hubungan pribadi kedua pemimpin yang saat ini terjalin sangat positif akan mendorong berbagai perkembangan kerja sama dan komunikasi di semua tingkatan untuk membahas tindak lanjutnya," ujar Nadjib.
Selama ini, kedua negara menjalin hubungan yang baik di tingkat bilateral maupun regional, seperti forum KTT Asia Timur, Asosiasi Negara-Negara di sepanjang Samudera Hindia (IORA) atau kerja sama trilateral Indonesia-Australia-Timor Leste. Keduanya bekerja sama di berbagai bidang antara lain, ekonomi dan investasi, sektor maritim, dan penanganan bencana alam.
Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif School of Humanities and Social Sciences, Universitas New South Wales di ADFA, Christopher Roberts, mengatakan Indonesia memiliki makna penting bagi Australia. Roberts berpendapat RI memiliki peran krusial di kawasan, termasuk di ASEAN, di mana kepemimpinan Indonesia diakui negara-negara lain.
Hal itu juga tidak terlepas dari fakta posisi geografis Indonesia yang sangat strategis, populasi besar dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Bahkan, kini produk domestik bruto (PDB) dan keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP) Indonesia sudah melampaui Australia.
Usai pemaparan, Nadjib kebanjiran pertanyaan dari para peserta kursus mulai mengenai isu peran dan kontribusi Indonesia dalam mencari solusi dan meredakan ketegangan di Laut Tiongkok Selatan, Kemitraan Trans Pasifik (TPP) hingga mengenai cara membendung pengaruh kelompok ekstremisme seperti Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS).
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Pernyataan itu disampaikan Nadjib ketika berbicara di hadapan para peserta kursus dengan tema "Tantangan Keamanan Nasional dan Kebijakan di Indo-Pasifik". Kursus yang diikuti oleh para pejabat diplomatik dan perwira militer dari beberapa negara di kawasan Asia Pasifik itu digelar di Australian Defence Force Academy (ADFA) di Canberra pada Kamis lalu.