Waspada, "Tipuan Peluru" di Bandara Filipina

Ilustrasi peluru.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id -Aksi pemerasan dengan menyelundupkan peluru pada tas penumpang dilakukan oknum di bandara Filipina. Sejumlah turis menjadi korbannya.

WNI Disandera, Pemerintah Dinilai Gagal Jaga Kedaulatan

Seorang misionaris asal AS, Lane Michael White, menuduh pihak penjaga keamanan di Bandara Internasional Ninoy Aquino, Filipina, sengaja meletakkan sebuah peluru dalam koper yang dibawanya dengan cara menyelundupkannya. Ia yakin, petugas bandara hendak menjebak dan memeras dirinya agar membayar denda sebesar 30.000 peso atau sekitar Rp87juta.

Media Inquirer melaporkan, penumpang tersebut menolak untuk membayar karena tidak merasa memiliki peluru tersebut. Karena bersikeras menolak membayar, Lane Michael White yang berusia 20 tahun itu harus menghabiskan waktunya di penjara selama enam hari.

Kejadian yang menimpa pria asal Florida itu terjadi pada 17 September 2015. Saat itu, ia dan keluarganya akan berangkat menuju Coron, Palawan. Saat pemeriksaan, petugas mengaku menemukan sebuah peluru kaliber 22 di dalam tas Lane.

Kasus serupa juga dialami oleh seorang perempuan asal Amerika Serikat. Ia terpaksa merogoh koceknya sebesar 5.000 peso, agar dirinya bisa bebas dan dapat kembali ke California. Petugas bandara mengaku menemukan sebuah peluru kaliber 22 dalam salah satu kantung dari koper bawaan perempuan tersebut.

Turis Jepang Kazunobu Sakamoto ditemukan dengan dua peluru di bagasi dan ditangkap setelah gagal untuk menunjukkan dokumen otorisasi dia untuk membawa amunisi.

Menurut laporan BBC, Jumat, 30 Oktober 2015,  beberapa penumpang yang ditahan dibebaskan setelah peluru yang ditemukan adalah peluru kosong, sementara yang lain dibawa ke pengadilan karena menolak untuk membayar denda.

Kasus-kasus ini sudah dikenal dengan nama "Bullet Scamp (peluru perampok)." Aksi penipuan dan pemerasan ini mendapat kecaman dari sejumlah pejabat Filipina.

"Hal ini menjadi suatu hal yang memalukan secara internasional," ujar Sherwin Gathcalian, Wakil Ketua dari Komite Pariwisata DPR Filipina.

"Mereka tidak takut untuk memangsa orang asing," kata Gatchalian menambahkan.

Sementara itu, Senator Ralph Recto menekankan diperlukannya intervensi dari otoritas. "Tidak ada sistem kerja yang mengawasi penjaga," kata dia.

Kasus tersebut membuat pengawasan pada otoritas bandara diperketat. Sejumlah penyelidikan juga mulai dilakukan pada oknum yang diduga terlibat.