Ini Alasan Ukraina Tidak Tutup Zona Udara Saat MH17 Ditembak

Konstruksi pesawat Malaysia Airlines MH17 bagian kokpit. Pesawat ini diduga meledak di udara pada 17 Juli 2014, setelah dihantam rudal BUK, buatan Rusia.
Sumber :
  • REUTERS/Michael Kooren

VIVA.co.id - Pemerintah Ukraina membela diri karena tetap membiarkan zona udaranya terbuka kendati di bagian timur wilayah mereka sedang terjadi peperangan sipil antara pasukan pemberontak dengan pemerintah.

Perdana Menteri Ukraina Mengundurkan Diri

Pernyataan itu disampaikan untuk merespons hasil laporan akhir Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda yang dirilis pada Selasa kemarin, 13 Oktober 2015. 

Dalam laporan itu, pesawat Malaysia Airlines MH17 terbukti jatuh akibat ditembak rudal jarak menengah jenis BUK buatan Rusia.

8-4-1944: Soviet Rebut Kembali Crimea dari Nazi

Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda menyayangkan, mengapa Ukraina tidak menutup zona udara mereka sehingga tidak dilalui penerbangan sipil. Pada faktanya, di hari itu, terdapat 61 penerbangan lain yang terbang di atas Ukraina Timur.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Pavlo Klimkin, mengatakan kepada jurnalis di markas PBB di New York, Amerika Serikat, mengaku tidak tahu ada senjata anti pesawat udara yang disiagakan di area itu.

Badan Intelijen AS dan Rusia Bahas Keamanan Suriah
Dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 14 Oktober 2015, Klimkin berpikir tidak ada satu pun pihak yang menduga akan ada ancaman sedemikian besar. 

"Semua orang pasti yakin senjata yang disiagakan di sana adalah jenis konvensional. Tidak ada satu pun orang saat ini yang bahkan menyadari kehadiran peralatan senjata modern yang bisa ditembakkan ke udara," kata Klimkin.

Dia menyebut Ukraina, Australia, Belanda, Malaysia, Belgia dan negara lain yang warganya terdapat di dalam pesawat, tengah mempertimbangkan opsi untuk menyeret pelaku penembakan ke jalur hukum.

Negara-negara itu kini sedang melakukan penyelidikan tindak kriminal terhadap jatuhnya MH17. 

Dia mengatakan negara-negara akan kembali ke Dewan Keamanan PBB untuk mencari dukungan bagi dibentuknya pengadilan internasional. 

"Membawa sebuah senjata anti pesawat ke udara yang modern dan sangat berbahaya ke area Donbass merupakan sebuah contoh tindakan yang dapat dan seharusnya diperlakukan sebagai terorisme dan tindak kejahatan perang," kata Klimkin.

Walau Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda tidak menyebut pelaku penembakan atau tempat di mana rudal ditembakkan, Pemerintah Ukraina menyalahkan kelompok pemberontak sebagai biang keladi penembakan. 

Sedangkan Rusia yang kini terpojok karena disebut Dewan Keselamatan Belanda yang membuat rudal BUK, justru menyalahkan Ukraina.

Pada Juli lalu, Rusia juga memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan membentuk pengadilan internasional untuk menghukum pihak yang diduga menjadi biang keladi jatuhnya MH17. 

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, juga berkomitmen untuk menyeret pelaku penembakan ke hadapan hukum dan harus bertanggung jawab atas tragedi memilukan yang terjadi pada 17 Juli 2014.

Saat itu, pesawat tengah mengangkut 298 penumpang dan kru. Sebanyak 12 orang di antaranya berasal dari Indonesia. (ase)

Kunjungan kenegaraan Presiden Ukrain

Jokowi dan Presiden Ukraina Teken Empat Kerja Sama

"Indonesia tidak pernah lupa akan jasa Ukraina."

img_title
VIVA.co.id
5 Agustus 2016