Proyek di Saudi Sering Tak Pedulikan Standar Keselamatan

Saat musibah crane jatuh di Masjidil Haram.
Sumber :
  • REUTERS/Stringer
VIVA.co.id
- Kejadian ambruknya crane yang digunakan untuk pembangunan Masjidil Haram pada tanggal 11 September lalu, membuat publik kini mempertanyakan standar pengerjaan proyek di Arab Saudi. Berdasarkan pendapat beberapa insinyur yang terlibat dalam proyek infrastruktur di Arab Saudi, proyek di sana memang kerap tidak memperhatikan standar keselamatan. 

Dikutip dari laman Arab News, Sabtu, 19 September 2015, pejabat berwenang di Saudi kerap menekankan agar setiap kontraktor memperhatikan secara ketat standar keselamatan dan prosedur untuk mencegah terjadi kecelakaan kerja. Tetapi, pada kenyataannya, beberapa lokasi konstruksi di sana tidak memperhatikan hal tersebut. 

Pekerja di bidang konstruksi kerap terlihat beroperasi dalam kondisi bahaya tanpa dilengkapi helm, masker pelindung atau peralatan vital lainnya yang akan melindungi mereka di tempat bekerja. Bahkan, di beberapa lokasi proyek, hampir sebagian besar pekerja ditemukan tidak mengenakan peralatan dasar seperti sepatu dan sarung tangan. 

"Ada begitu banyak tekanan di perusahaan konstruksi untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, artinya mereka kerap harus kompromi terhadap penggunaan peralatan keselamatan, sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan terhadap diri mereka sendiri," ujar seorang insinyur, Mohammaed Saleh. 

Biasanya, Saleh melanjutkan, perusahaan sub kontraktor untuk proyek tertentu, kerap mengabaikan aturan keselamatan bagi pekerja mereka. "Namun, para pekerja juga sebenarnya salah ketika tidak meminta untuk dilindungi ketika tahu bekerja di tempat yang berbahaya," kata Saleh. 

Karena perhatian terhadap hal tersebut tergolong minim, maka penting bagi perusahaan dan pejabat pengawas untuk menyebarluaskan pengetahuan serta kesadaran kepada para pekerja mengenai pentingnya standar keselamatan ketika bekerja. 

"Selain itu, pejabat pengawas harus memastikan, perusahaan mematuhi aturan keselamatan di proyek yang tengah dikerjakan," Saleh menambahkan. 

Tidak hanya pejabat pengawas saja yang berperan dalam memperhatikan standar keselamatan di proyek, tetapi juga petinggi di perusahaan. 

"Petinggi di perusahaan juga harus mengawasi pelaksanaan proyek. Dengan begitu, maka para pekerja akan terdorong untuk menyelesaikan proyek dengan standar keselamatan yang sesuai," ujar seorang manajaer di perusahaan kontraktor swasta, Abdullah Sheikh. 

Standar keselamatan ketika pengerjaan proyek menjadi fokus utama, sebab Pemerintah Saudi secara resmi menyebut insiden crane yang menewaskan 111 jemaah dari lintas negara itu disebabkan kelalaian perusahaan kontraktor Bin Laden. Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia, Mustafa Al-Mubarak, menyebut Bin Laden tidak memperhatikan peringatan dari Lembaga Meteorologi dan Perlindungan Lingkungan soal adanya badai angin yang bertiup dan hujan deras.

"Membiarkan crane itu tetap berdiri saja sudah salah," ujar Mustafa ketika memberikan keterangan pers di gedung kedutaan pada Jumat kemarin.
RI Mulai Proses Santunan Korban Ambruknya Crane di Saudi

Mustafa mengatakan, jika mereka memperhatikan peringatan itu, maka crane tersebut seharusnya segera dicabut. Oleh sebab itu, Pemerintah Saudi memberikan beberapa sanksi. 
Jemaah Haji RI yang Tewas di Mina Bertambah Jadi 123 Orang

Selain menyeret kontraktor ke pengadilan, Kerajaan Saudi mencekal para petinggi Bin Laden ke luar negeri. Mereka juga tidak diizinkan untuk memperoleh proyek baru dari pemerintah.
Kapolri: WNI Hilang di Saudi Kemungkinan Diculik Intelijen

Tetapi, pemerintah tetap mempercayakan proyek perluasan Masjidil Haram ke tangan mereka, karena sudah terlanjur tanda tangan kontrak. (one)
Bangunan ka'bah.

Keluarga Korban Crane Menanti Janji Arab Saudi

Kloter satu jemaah haji mau berangkat, janji Raja Saudi belum lunas

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2016