Singapura Kembali Dapat 'Kiriman' Asap Indonesia
Kamis, 20 Agustus 2015 - 16:48 WIB
Sumber :
- REUTERS
VIVA.co.id
- Singapura kini sedang diselimuti asap yang berasal dari pembakaran hutan di daerah Sumatera. Angin yang bertiup membawa serta asap dari Pulau Sumatera ke negara kota itu.
Harian Singapura Straits Times, Rabu, 19 Agustus 2015 melansir informasi tersebut dari Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA). Berdasarkan data Indeks Standar Polusi (PSI) pada Rabu kemarin, indeks asap menunjukkan angka moderat yakni antara 62 dan 68.
Data PSI itu diprediksi semakin tinggi pada hari ini dan bisa mencapai di titik maksimal tak sehat, jika angin terus berembus dari arah selatan menuju ke barat daya.
NEA mengatakan, walau angka itu bisa meningkat, tetapi warga masyarakat diminta untuk tenang dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari mereka seperti biasanya.
NEA menjelaskan, mereka tengah mengamati asap yang muncul dari titik api di Sumatera bagian selatan dan pusat selama beberapa hari terakhir. Mereka mendeteksi 116 titik api pada Senin lalu. Namun, jumlah titik api kian menurun.
Tercatat pada Selasa, terdapat 42 titik api dan 12 titik api pada Rabu kemarin.
Data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Pekanbaru menyebutkan, satelit Tera dan Aqua memantau lonjakan titik panas di Sumatera yang diindikasikan kebakaran hutan dan lahan.
Menurut BMKG, pada hari ini terdapat 672 titik api. Sementara itu, sehari sebelumnya, terdapat 94 titik di seluruh provinsi di beberapa wilayah.
Singapura setiap tahunnya selalu terkena pengaruh asap dari kebakaran lahan dan hutan di Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Air Singapura, Vivian Balakrishan kembali melontarkan keluhannya terhadap Indonesia dalam pertemuan regional para menteri ASEAN di Jakarta akhir bulan lalu.
Vivian mengatakan, tujuan negara ASEAN untuk bebas dari asap pada 2020 tidak cukup bagi warga Negeri Singa. Mereka menginginkan ASEAN bebas asap saat ini juga, sebab warga Singapura sudah terlalu lama menderita berkepanjangan akibat polusi udara.
"Sejauh kepedulian Singapura, kami ingin ASEAN bebas asap saat ini juga, bukan pada 2020. Terlalu banyak pengorbanan baik dalam hal biaya ekonomi, sosial, dan manusia yang disebabkan isu ini. Apalagi jika isu ini dibiarkan terlalu lama," papar Vivian.
Bahkan, dia menyebut Indonesia lamban dalam menangani isu kabut asap.
"Kunci utama yang hingga saat ini menjadi penghalang yaitu adanya sistem legislatif dan pembuat aturan yang masih terpisah di Indonesia dan Malaysia. Sehingga, hingga saat ini mereka tidak ingin membuka peta konsesi secara terbuka untuk publik," kata dia. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
NEA mengatakan, walau angka itu bisa meningkat, tetapi warga masyarakat diminta untuk tenang dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari mereka seperti biasanya.