Mahathir: Demokrasi di Malaysia Telah Mati
Selasa, 11 Agustus 2015 - 11:55 WIB
Sumber :
- Reuters/Claudia Daut
VIVA.co.id - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, pada Senin kemarin, 10 Agustus 2015, kembali melontarkan kritik pedas terhadap PM berkuasa, Najib Tun Razak.
Mahathir mengatakan demokrasi di Malaysia telah mati. Selain itu, kata Mahathir, Najib seharusnya dimintai keterangan oleh polisi mengenai dana yang diduga mengalir ke rekening pribadinya dari perusahaan negara 1Malaysia Development Berhad.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 10 Agustus 2015, posisi Najib kini kian terdesak usai tuduhan skandal korupsi itu terus muncul. Belum lagi situasi perekonomian di Negeri Jiran kian memburuk di bawah kepemimpinannya.
Pada bulan lalu, Najib memecat Wakil PM, Muhyiddin Yassin dan mengganti Jaksa Agung. Belum lagi, dia juga memindahkan beberapa pejabat yang terlibat dalam proses penyelidikan terhadap 1MDB.
Najib juga membekukan sementara waktu dua koran dan memblokir akses ke situs Sarawak Report. Situs tersebut ikut melaporkan mengenai skandal gratifikasi yang diduga diterima Najib sebesar US$700 juta atau setara Rp9,5 triliun.
"Demokrasi telah mati. Demokrasi mati karena pemimpin negara yang dipilih rakyat memilih untuk menumbangkan institusi pemerintahan dan membuat mereka menjadi instrumen yang menyokong dirinya sendiri," kata Mahathir yang ditulis dalam blog pribadinya.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan dari kantor PM Najib terkait komentar Mahathir itu. Sebelumnya, Najib berulang kali menyalahkan Mahathir karena menjadi dalang dari tuduhan korupsi yang kini muncul di publik.
Najib berpendapat, tudingan Mahathir itu tak beralasan. Menurutnya, kritik yang dilontarkan Mahathir, karena Najib menolak memenuhi keingingan Mahathir. Tetapi tidak disebut, apa tuntutan yang dialamatkan ke Najib.
Mahathir selama ini diketahui kerap mengkritik tajam Najib. Terutama setelah dia menarik dukungan dari koalisi Barisan Nasional (BN) di tahun 2013 lalu. Saat itu, BN kehilangan suara dalam jumlah besar dalam pemilihan umum.
Padahal, dulu Mahathir adalah panutan bagi Najib dan hingga kini masih memiliki pengaruh yang kuat di Malaysia. Sebelumnya, Mahathir meminta Najib untuk turun dari posisinya sebagai PM usai skandal 1MDB merebak.
"Apa yang dilakukan Najib benar-benar tidak diduga di Malaysia," kata Mahathir.
Dia menambahkan, rakyat Malaysia saat ini sudah tak lagi percaya dan tak tahu apa yang harus dilakukan.
"Kemungkinan Najib untuk terus berkuasa di negara ini benar-benar menyedihkan," ujar Mahathir.
Sementara itu, Najib berulang kali membantah telah menerima uang haram itu. Menurut dia, tuduhan korupsi merupakan kampanye jahat yang bertujuan ingin menjungkalkan dari posisinya sebaga PM.
Badan Anti Gratifikasi Malaysia pada pekan lalu mengatakan akan meminta penjelasan dari Najib mengenai dana 2,6 miliar Ringgit yang diklaim Najib sebagai sumbangan ke akun pribadi banknya. Dia beralasan, donasi itu diterima dari seorang donor yang bermukim di kawasan Timur Tengah.
Pada Sabtu pekan lalu, dia telah mengatakan, unit anti gratifikasi telah menemukan uang yang berada di akun pribadinya bukan suap dan tidak berasal dari perusahaan 1MDB. Hal tersebut belum dikonfirmasi oleh Komisi Anti Korupsi Malaysia.
Akibat ketidakpastian situasi politik di Malaysia turut berpengaruh terhadap keadaan mata uangnya. Saat ini, Ringgit mengalami kemerosotan di titik paling rendah sejak krisis keuangan Asia melanda pada tahun 1998 lalu. (ase)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Mahathir selama ini diketahui kerap mengkritik tajam Najib. Terutama setelah dia menarik dukungan dari koalisi Barisan Nasional (BN) di tahun 2013 lalu. Saat itu, BN kehilangan suara dalam jumlah besar dalam pemilihan umum.