Dunia Segera Berperang karena Air
Selasa, 4 Agustus 2015 - 15:57 WIB
Sumber :
- REUTERS
VIVA.co.id
- Laman Newsweek pada akhir April 2015 lalu, membuat laporan dengan judul "Dunia Segera Berperang karena Air," yang mungkin terasa berlebihan bagi sebagian orang, terutama mereka yang belum secara langsung merasakan kekeringan.
Goldman Sachs menggambarkan pada kehidupan di masa datang, air akan menggantikan 'minyak bumi', sumber daya bernilai tinggi yang pada abad ini jauh lebih penting dari nyawa manusia, memicu kolonialisasi, perang saudara berkepanjangan.
Perselisihan karena air kini telah dimulai pada tingkat kecil dan lokal. Contohnya adalah aksi protes di Sao Paulo, Brasil, yang didera kekeringan pada 2015. "Tapi kekerasan kecil bisa dengan cepat berkembang," tulis Newsweek.
Baca Juga :
2060, Dunia Terancam Kekurangan Air
Goldman Sachs menggambarkan pada kehidupan di masa datang, air akan menggantikan 'minyak bumi', sumber daya bernilai tinggi yang pada abad ini jauh lebih penting dari nyawa manusia, memicu kolonialisasi, perang saudara berkepanjangan.
Perselisihan karena air kini telah dimulai pada tingkat kecil dan lokal. Contohnya adalah aksi protes di Sao Paulo, Brasil, yang didera kekeringan pada 2015. "Tapi kekerasan kecil bisa dengan cepat berkembang," tulis Newsweek.
Ada satu fakta yang hilang dari perhatian bahwa upaya revolusi, pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, bermula dari aksi protes di kota Daraa, atas dugaan korupsi proyek air oleh gubernur setempat.
Sementara di Yaman, revolusi bermula pada 2011 di Taiz, kota yang didera kekeringan. Persoalan air berdampak pada pelayanan dasar pemerintah, listrik dan pasokan air bersih, yang pada akhirnya berdampak besar pada perekonomian.
Media Inggris, The Guardian, juga pernah membuat laporan senada, dengan judul "Mengapa kekurangan air global menimbulkan ancaman teror dan perang," memuat data-data dari satelit Nasa yang diperoleh para ahli.
Hidrologis dari Universitas California, James Famiglietti, menyebut data memperlihatkan California ada di ambang kekeringan, persoalan yang mulai terjadi pada sistem cadangan air tanah.
"Air tanah adalah cadangan strategis kita. Jadi ke mana Anda akan pergi, ketika cadangan itu hilang?" ujar Famiglietti. Pada hari yang sama, Gubernur Jerry Brown, mendeklarasikan situasi darurat kekeringan.
Saat ini, satu dari tujuh orang di bumi, tidak memiliki akses pada air minum. Situasi ekstrem dirasakan oleh orang-orang di Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Selatan, yang akan segera mengalami krisis karena buruknya pengelolaan air.
Selama tujuh tahun dimulai pada 2003, sungai-sungai di Turki, Suriah, Irak dan Iran kehilangan 144 kilometer kubik air, atau setara dengan jumlah air di Laut Mati. Pemerintah Iran telah membuat rencana distribusi dan pembatasan air.
Sementara Mesir menuntut Ethiopia menghentikan konstuksi bendungan raksasa sungai Nil, berjanji akan melindungi hak sejarah mereka atas sungai itu berapa pun biayanya, termasuk perang sekalipun.
Uni Emirat Arab telah berinvestasi pada proyek desalinasi, serta mengumpulkan cadangan air hujan. "Bagi kami, air sekarang lebih penting daripada minyak," kata Pangeran Mahkota Syeikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan, dalam konferensi internasional di Abu Dhabi.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Ada satu fakta yang hilang dari perhatian bahwa upaya revolusi, pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, bermula dari aksi protes di kota Daraa, atas dugaan korupsi proyek air oleh gubernur setempat.