Warga Uighur yang Dideportasi Serang Polisi Thailand & China
Selasa, 4 Agustus 2015 - 13:05 WIB
Sumber :
- Reuters/Athit Perawongmetha
VIVA.co.id
- Sebagian dari 109 orang Uighur yang dideportasi dari Thailand ke China, pada Juli lalu, menyerang polisi Thailand dan China saat dibawa masuk ke pesawat, untuk diterbangkan kembali ke Xinjiang.
Pemerintah Xinjiang yang dikutip
Reuters
, Selasa, 4 Agustus 2015, mengatakan serangan itu terjadi karena adanya keresahan, bahwa mereka akan dieksekusi begitu tiba kembali di Xinjiang.
Keputusan Thailand mendeportasi orang Uighur pada Juli lalu, telah memicu kemarahan Turki, serta kecaman dari kelompok-kelompok HAM, yang khawatir mereka akan mendapat perlakuan buruk.
Pada laporan panjang yang dimuat situs Tianshan, pemerintah Xinjiang mengatakan rumor menyebar seperti kebakaran hutan, diantara orang-orang Uighur yang menunggu dideportasi.
Termasuk rumor bahwa mereka akan dieksekusi mati. "Beberapa orang menggunakan ini (isu tentang eksekusi), untuk memprovokasi serangan pada polisi Thailand dan China," kata pejabat pemerintah Xinjiang.
Baca Juga :
China Keluarkan UU Anti Terorisme Terbaru
Seorang Uighur bernama Kudusi Tuohutiyusufu, mengatakan kondisi mentalnya sudah lebih tenang saat kembali ke Xinjiang. Menurutnya apa yang terjadi, tidak seperti berbagai isu yang dihembuskan.
Baca Juga :
Pemerintah China Tewaskan 28 Muslim Uighur
Pengakuan senada disampaikan perempuan bernama Guliniyazi Shawuti. "Hidup jauh lebih baik setelah kembali. Sangat berbeda dari yang saya dengar akan terjadi, ketika kami akan masuk pesawat," katanya.
Media-media asing dinilai sangat bias dalam membuat pemberitaan. Banyak isu yang dilebihkan, untuk berbagai kasus di negara-negara ketiga, sementara ada beberapa kasus penting di negara-negara Barat yang justru tidak diberitakan.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Pengakuan senada disampaikan perempuan bernama Guliniyazi Shawuti. "Hidup jauh lebih baik setelah kembali. Sangat berbeda dari yang saya dengar akan terjadi, ketika kami akan masuk pesawat," katanya.