Thailand Kirim Paksa 100 Muslim Uighur Kembali ke China
- Reuters
VIVA.co.id - Kelompok HAM dan PBB mengutuk putusan pemerintah Thailand yang mengirim kembali 100 muslim Uighur kembali ke China. Mereka memperingatkan bahwa minoritas muslim yang berbahasa Turki itu kemungkinan akan menghadapi penganiayaan dan penyalahgunaan.
Dilansir Guardian, Jumat 10 Juli 2015, Badan Pengungsi PBB UNHCR mengatakan, sebelumnya pemerintah Thailand akan menerima dan memberikan perlindungan pada Uighur. Kelompok itu juga sudah mengindikasilam untuk tidak ingin dideportasi.
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah Thailand mengatakan bahwa Bangkok dan Beijing telah bekerja sama untuk memecahkan masalah Muslim Uighur.
Pemerintah Thailand menyatakan, 170 Muslim Uighur lainnya telah diidentifikasi sebagai warga negara Turki dan sudah dideportasi ke Turki. Sementara itu, lebih dari 50 lainnya masih diverifikasi kewarganegaaraannya.
UNHCR mendesak pemerintah Thailand, untuk memungkinkan yang tersisa secara sukarela dideportasi ke negara pilihan mereka.
"Sementara ini, kami masih mencari klarifikasi lebih lanjut tentang apa yang terjadi sebenarnya. Kita dikejutkan oleh deportasi sekitar 100 orang ini dan menganggapnya sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional," kata komisaris tinggi asisten UNHCR untuk perlindungan, Volker Türk, yang ada dilokasi tersebut.
"Saya sangat mendorong pemerintah Thailand untuk menyelidiki masalah ini,” tambahnya.
Kedubes Thailand di Ankara diserang demonstran
Akibat tindakan pemerintah Thailand itu, Kedutaan Besar Thailand di Ankara diserang demonstran pro-Uighur, Rabu kemarin, 8 Juli 2015. Pemerintah pun memperingatkan 1.300 warga Thailand yang tinggal di Turki untuk “waspada”, setelah serangan tersebut.
Muslim Uighur di China adalah isu yang memprihatinkan di Turki. Deportasi dapat mengeruhkan hubungan antara Ankara dan Beijing. Sekitar 20 juta Muslim tinggal di China, dan banyak muslim Uighur yang sudah pindah ke Turki.
Kemungkinan ribuan orang Uighur telah melarikan diri dari kerusuhan di wilayah Xinjiang, barat China. Ratusan orang di antaranya telah tewas. Mereka melarikan diri melalui Asia Tenggara dengan harapan mencapai Turki. (asp)