Dubes Galuzin: Dijatuhi Sanksi, Rusia Tak Kehilangan Teman
Kamis, 18 Juni 2015 - 12:27 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA.co.id
- Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y Galuzin membantah negaranya kehilangan banyak teman sejak negara-negara barat menjatuhkan sanksi kepada mereka. Justru, sejak sanksi dijatuhkan, Rusia meraih banyak teman baru khususnya di kawasan Asia Pasifik, salah satunya Indonesia.
Hal ini diungkap Galuzin yang ditemui di Hotel Ritz Carlton di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan dalam perayaan hari Nasional mereka semalam. Menurut Galuzin, hubungan kedua negara saat ini kian bertambah erat, terlebih usai Indonesia dan Rusia meneken dokumen kemitraan komprehensif.
"65 Tahun sudah persahabatan kedua negara terjalin erat. Bahkan, dalam enam bulan belakangan kedua negara intens bertemu," kata Galuzin.
Salah satu kerja sama yang dijalin yakni ketika Rusia turut terlibat dalam proses pencarian korban pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Laut Jawa pada Januari lalu. Rusia mengerahkan jet amfibi Beriev (BE)-200.
Selain itu, mereka juga mengirimkan 22 penyelam tangguh, 24 tim penyelamat, satu dokter dan dua asisten medis. Jet milik Rusia itu sempat disebut oleh Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya FHB Soelistyo dapat diandalkan untuk menemukan pesawat tipe Airbus A320-200 itu. Sebab, pesawat tetap bisa mendarat di laut kendati gelombang tinggi 1,5 meter menghalangi proses pencarian.
Galuzin juga sempat menyinggung pertemuan Presiden Vladimir Putin dengan Presiden Joko Widodo di sela KTT APEC yang digelar di Beijing tahun 2014. Hal tersebut dilakukan oleh Rusia untuk mengenal pemerintahan baru Jokowi yang baru dilantik.
"Kedua negara memiliki hubungan yang intens di bidang ekonomi, sebagai contoh ketika Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil berkunjung ke Kazan pada bulan April lalu untuk menghadiri sidang komisi bersama. Kami juga memiliki hubungan yang baik di bidang pertahanan," kata Galuzin.
Beberapa peralatan tempur TNI diketahui memang dibeli dari Rusia. RI sempat membeli 16 jet tempur sukhoi, bahkan dikabarkan akan membeli lagi. Alutsista lainnya yang dibeli adalah 17 unit kendaraan tempur BMP3-F.
Galuzin beralasan Rusia memperoleh banyak teman baru karena mereka tetap mempertahankan prinsip dasar hukum internasional.
"Saat ini, Rusia sedang dijadikan subjek dari perlakuan yang tidak adil. Mitra kami malah ingin menghancurkan Rusia karena tak suka terhadap sikap politik Rusia. Kami tak mendukung cara yang digunakan untuk menggulingkan rezim pemerintahan berdaulat hanya karena tak sepaham dengan mereka," kata diplomat yang pernah bertugas di Jepang itu.
Negara-negara barat mulai menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah Presiden Vladimir Putin mengakui Crimea sebagai bagian dari wilayah mereka. Posisi Rusia kian terpojok ketika tragedi pesawat Malaysia Airlines MH17 diduga jatuh akibat ditembak ketika tengah mengudara di atas wilayah Ukraina pada Juli tahun lalu. Negara barat ramai-ramai menuding Rusia ikut serta sebagai penyebab jatuhnya pesawat tujuan Amsterdam ke Kuala Lumpur itu.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Selain itu, mereka juga mengirimkan 22 penyelam tangguh, 24 tim penyelamat, satu dokter dan dua asisten medis. Jet milik Rusia itu sempat disebut oleh Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya FHB Soelistyo dapat diandalkan untuk menemukan pesawat tipe Airbus A320-200 itu. Sebab, pesawat tetap bisa mendarat di laut kendati gelombang tinggi 1,5 meter menghalangi proses pencarian.