Kapolda NTT Tunjukkan Foto Uang yang Diberikan AL Australia

Ilustrasi pencari suaka Australia
Sumber :
  • Reuters
VIVA.co.id
Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme
- Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur Jenderal Endang Sunjaya menunjukkan beberapa foto berisi uang ratusan dolar Amerika Serikat (sebelumnya disebut dolar Australia) dalam pecahan 100 kepada media Negeri Kanguru. Uang tersebut diberikan Angkatan Laut Australia kepada enam kru kapal agar bersedia kembali ke perairan Indonesia dan membawa 65 pencari suaka dari tiga negara. 

Indonesia dan Australia Intensif Bicarakan Terorisme
Harian Sydney Morning Herald (SMH), Selasa, 16 Juni 2015 melansir ini merupakan bukti nyata penyuapan yang dilakukan oleh pejabat tinggi Negeri Kanguru. 

Wisatawan Indonesia dan Australia Cetak Sejarah
"Kami telah menunjukkan buktinya kepada Anda. Kini, kembali kepada Anda dan organisasi lainnya untuk menuntut jawaban dari Pemerintah Australia," kata Endang. 

Total per kru diberi uang US$5.000 atau setara Rp66 juta. Keenam kru pun telah bersumpah dan mengakui mereka diberi uang US$5.000 dari pejabat Australia. Kesaksian mereka juga dibenarkan oleh para pencari suaka lainnya dalam interogasi terpisah. 
Endang yakin pejabat berwenang Australia memang telah membayar keenam kru. Tetapi, dia khawatir aksi Australia itu justru malah menjadi faktor penarik sehingga sindikat itu ramai-ramai mengantar para pencari suaka ke Australia atau Selandia Baru. Tujuannya untuk memperoleh uang dari Pemerintah Australia. 

"Uang itu kini telah disimpan sebagai bukti bahwa kisah ini tidak dibuat-buat. Ini sangat tak diharapkan. Jika ini terjadi di Indonesia, maka sudah bisa dikatakan sebuah penyuapan," kata Endang menambahkan. 

Uang tersebut kini sudah diserahkan kepada Mabes Polri di Jakarta. 

"Kini kembali ke Mabes langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya. Hal ini sudah di luar yurisdiksi kami," kata dia. 

Kepala divisi penyelundupan manusia Provinsi NTT, Ibrahim, mengatakan terdapat dua kapal untuk mengangkut 65 pencari suaka menuju ke Indonesia. Namun, AL Australia hanya menyediakan masing-masing satu drum bahan bakar agar bisa tiba di Indonesia. 

Menurut Ibrahim itu lebih menyerupai misi bunuh diri. Dia pun bertanya-tanya di mana sisi kemanusiaan pejabat Australia. Ibrahim mengatakan, jika kapal tersebut menabrak karang dan terdampar di Pulau Landau dengan ombak yang tinggi, maka akan terlalu berbahaya bagi warga lokal untuk menyelamatkan puluhan pencari suaka itu. 

Ibrahim menyebut kapten kapal, Yohanis Humiang awalnya menolak kembali ke perairan Indonesia karena dia dan kru tak akan dibayar oleh sindikat penyelundupan manusia jika kapal tak tiba di Selandia Baru. Mereka diiming-imingi akan diberi imbalan senilai antara Rp100 juta dan Rp150 juta jika kapal mencapai Selandia Baru. 

Tetapi, baru tiba di perairan internasional, mereka telah dicegat oleh AL Australia dan dikawal ke Pulau Greenhill. Puluhan pencari suaka kemudian dipindahkan ke kapal lain. Sementara, transaksi pemberian uang terjadi di atas kapal HMAS Wollongong. 

Ibrahim mengatakan negosiasi untuk pembayaran dilakukan oleh seorang pejabat Australia bernama Agus. Dia diakui fasih berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. 

"Agus tak mengenakan seragam seperti yang lainnya. Tetapi, dia lalu lalang di antara kapal AL dan bea cukai. Dia dihormati oleh pejabat berwenang lainnya dan memiliki kewenangan dalam situasi itu," kata Ibrahim. 

Indonesia dan Australia

Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia

Indonesia direncanakan untuk menjadi pusat studi Islam.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016