Netanyahu Terancam Tak Bisa Pertahankan Kekuasaan
Rabu, 6 Mei 2015 - 18:43 WIB
Sumber :
- REUTERS/Amir Cohen
VIVA.co.id
- Hampir dua bulan berlalu sejak kemenangan dalam pemilu, Benjamin Netanyahu saat ini berada dalam kesulitan, jelang berakhirnya batas waktu untuk membentuk pemerintahan baru Israel, Rabu malam, 6 Mei 2015.
Dilansir dari Reuters , Netanyahu harus berusaha keras membangun koalisi mayoritas yang solid di parlemen, setelah Avigdor Lieberman memutuskan partainya Yisrael Beitenu tidak akan terlibat dalam pembicaraan koalisi.
Baca Juga :
Anjing PM Israel Gigit Dua Tamu Penting
Dilansir dari Reuters , Netanyahu harus berusaha keras membangun koalisi mayoritas yang solid di parlemen, setelah Avigdor Lieberman memutuskan partainya Yisrael Beitenu tidak akan terlibat dalam pembicaraan koalisi.
Setelah ditinggal mantan sekutu terdekatnya, masa depan politik Netanyahu kini terletak pada kubu ultranasionalis partai Jewish Home, yang menginginkan dianeksasinya sebagian wilayah Palestina, yang kini diduduki Israel.
Setelah pemilu 17 Maret lalu, Netanyahu dan Partai Likud tampak yakin dalam upaya membentuk pemerintahan sayap kanan, dengan menguasai 67 dari total 120 kursi parlemen.
Namun, keputusan Lieberman, Senin 4 Mei lalu, membuat Netanyahu kini terancam tidak dapat mempertahankan kekuasaannya, menjadi perdana menteri untuk periode keempat.
Kini, Netanyahu hanya memiliki dukungan dari dua partai ultra ortodoks, dengan total 53 kursi. Harapan Netanyahu hanya dari partai Jewish Home, yang akan menambah delapan kursi.
Pemerintahan sayap kanan itu, akan melanjutkan tradisi panjang politik yang tidak stabil. Walau hanya memiliki sedikit kursi, Jewish Home diyakini akan memaksakan tuntutannya dipenuhi.
Kebijakan aneksasi wilayah Palestina itu akan memperlebar jurang dengan sekutu terkuat mereka, Amerika Serikat dan Uni Eropa. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Setelah ditinggal mantan sekutu terdekatnya, masa depan politik Netanyahu kini terletak pada kubu ultranasionalis partai Jewish Home, yang menginginkan dianeksasinya sebagian wilayah Palestina, yang kini diduduki Israel.